Mereka hadir tidak untuk membawa pedang keadilan, tapi muncul untuk memerangi rasa keadilan.
Mereka bisa merampas kebahagiaan kini, lalu menukarnya dengan sesal yang hanya mengasah perih.
Mereka terkadang melenakan, menyeret jauh ke rimba yang menyesatkan langkah-langkah kelam.
Namun mereka bisa saja menyenangkan, saat mengantar paket-paket kebahagian yang tak bisa diterima kecuali dengan mengandalkan rasa.
Kadang pula mereka demikian bijaknya, mengingatkan kapan dan bagaimana harus melangkah, atau kapan harus berlari atau justru berhenti.
Mereka pula yang mengajarkan secara tak langsung tentang bagaimana memahami hal-hal sederhana yang mampu diserap saat ia bernama pengalaman.
Mereka mengantarmu melewati jejalan panjang yang hanya bisa dititi oleh orang-orang yang menghargai esensi proses.
Lalu suatu hari, mereka mungkin akan terlupakan, terkubur menumpuk di gudang ingatan, yang terus disesaki ingatan baru.
Tapi akan selalu ada hal yang membawamu kembali pada mereka. Karena bagaimanapun, merekalah hidupmu yang kau catat dan simpan di rak-rak yang mereka huni bertahun-tahun. Rak-rak penuh kenangan.
Note:
Baris pertama tulisan ini dikutip lalu dirubah satu kata dari sebaris kalimat di buku Keadilan Tidak untuk yang Miskin, yang sedang dibaca teman bernama Cimot, yang saya daulat untuk memberi tema menulis...
* Foto dipinjam dari sini.
Happy Holidays – Some Gifts for You
2 days ago
0 comments:
Post a Comment