Thursday, March 24, 2011

Akulah Rumput di Tubuhmu yang Dulu Batu

Akulah rumput
yang melekat mengendap di tubuhmu yang batu

Matahari memang memanggangmu dengan setia
membakar tubuhmu yang kian menghitam
Hujan rajin mencacahmu pelan dan tekun
menembus pori-porimu yang merapuh dan berair
Gigil angin membalutmu dengan rapi
menyelimutimu dengan pilu kesepian

Hingga pada suatu senja 
yang lelap ketiduran di sudut kota
Kau akan menyerah:
Pecah!

Orang-orang akan lupa bahwa
ada matahari yang pernah menggempurmu dengan rintik cahaya
ada hujan yang hinggap berkilauan menantang pelangi yang jatuh di tubuhmu
ada angin yang pernah menyanyikan merdu lagu musim-musim di bising telingamu

Hanya akulah rumput
(yang akan mereka lihat dan ingat)
Akar-akarku yang halus tersulur memelukmu erat,
melekat mengendap di tubuhmu
yang dulunya batu...



* ditulis di sesi 10 Minutes Free-Writing: Selasa, 23 Maret 2011.

2 comments:

salamatahari said...

Co cuiiiit =)

Neni said...

Maaciiiih, Dea... hehehe...

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...