Monday, March 21, 2011

Kebun Belakang

Jangan marahi aku hanya karena menjenguk sejenak ke kebun di pekarangan belakang. Aku hanya mampir, hanya ingin memastikan bahwa senja masih tampak lebih indah jika dipandang sambil duduk di pagar batu pembatas kebun ini dan pekarangan belakang tetangga. Hanya ingin melihat kelinci putih kecil yang hidup dari memakan sayuran yang ditanam tanpa diurus. Hanya ingin menyapa angin yang berputar terperangkap di antara semak perdu yang terlalu rimbun dan tinggi-tinggi. Hanya ingin menginjak tanah yang lunak ditingkah langkah.

pagar batu

Hanya ingin mengenang sejenak bahwa pernah ada masa dimana kebun ini pernah indah. Kebun ini pernah menjadi tempat bermain yang menyenangkan hingga lupa pulang. Sebuah tempat dimana aku bebas menanam angan-angan yang tersembunyi dari serangga-serangga pemakan tanaman. Rumput-rumputnya yang hijau tebal adalah tempat tidur paling nyaman saat aku kelelahan berlarian menangkapi kupu-kupu atau capung sebesar jarum. Sekali lagi, aku mengunjunginya sejenak hanya untuk mengenang. Itu saja.

Kalau ternyata sepatuku jadi kotor dan berlumpur, jangan juga jadi marah-marah. Pada lumpur-lumpur itu telah pula kuceritakan kisah-kisah selama melangkah mengukir sejarah kecil yang suatu saat nanti akan hilang dari ingatan. Jika bajuku penuh dengan rumput liar atau serbuk-serbuk dari semak, jangan mengomel. Mereka menjadi saksi bahwa aku telah bisa bersenang-senang menjelajah sudut-sudut yang menyimpan rahasia di tiap jengkal tanah.

Anggaplah aku baru saja tersesat di kebun tak terawat. Aku memang bersenang-senang sedikit di sana, dalam segala kenang. Tapi percayalah, lumpur dan semak akan mengingatkanku untuk tidak terlalu sering kembali ke sana. Angan-angan yang tertanam di sana, yang hampir layu dan mati, hanya akan membuatku sedih. Matahari senja masih tetap indah dipandangi dari pagar batunya, tapi serangga-serangga sudah menggerogoti rumput yang biasa menyambut hentakan kakiku saat melompat naik atau turun dari pagar tersebut. Tak lagi nyaman, terlebih untuk berlama-lama berbaring di sana.

Bukan tak mungkin, ini kali terakhir aku mengunjunginya. Aku perlu ke sana, untuk merapikan apa-apa yang aku bisa. Hingga aku bisa melangkah tenang, dan tak lagi berniat mengenang-ngenang...


*gambar dipinjam dari sini.

2 comments:

Nia Janiar said...

Bagus, Neni. Banget.

Neni said...

Aww, Nia... makasiiiih. Banget! :)

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...