Wednesday, January 21, 2015

Diary Bumil #2

Seneng deh weekend kemarin (Minggu/ 18) akhirnya bisa menghabiskan waktu sama Hubby di luar rumah. Setelah seminggu beliau ga di rumah, it was such a worthy quality time.

Sehari sebelumnya, si cabang bayi banyak gerak sampai bikin ga nyaman mak nya. Sehubungan dengan ini, sang emak pun udah dari awal usap-usap perut sambil bilang, "Kita mau jalan-jalan ya, Nak. Jadi yang anteng ya." Seperti yang sebelum-sebelumnya, sang cabang bayi seolah mengerti dan nurut. Seharian dia anteng, kalau pun gerak, geraknya wajar. Dan satu lagi yang penting, sang cabang bayi ga rewel bikin mak-nya bolak-balik kamar mandi. Maklum sejak masuk usia kandungan 5 bulan, gejala rajin bolak-balik kamar mandi pun dimulai. Katanya sih karena ukuran bayi yang kian besar, otomatis menekan kandung kemih sang ibu; yang kemudian berefek pada ingin buang air lebih sering. 

Berhubung hamil dan karena memang tidak banyak pilihan tempat jalan, dan seperti kebiasaan kami sebelumnya dan karena memang ini yang biasa saya minta, Hubby pun mengajak ke mall. Hehehe... Nggak masalah, yang penting pacalan...:D. Sejak pagi Hubby udah menyusun jadwalnya, bahwa jam segini dia ke sini, jam segono dia ke sono, dan jam sekian kita jalan. Deal!

Setelah nemenin Hubby shopping (Ini kebalik ya kan yaa?? Ya nggak sih?? Tapi ini nyata lho! heheh... :D), kami pun nonton di lantai atas mall yang paling sering saya kunjungi ini. Hubby yang milih filmnya, kayaknya sih udah browsing tentang film apa yang lagi diputer di bioskop. Pilihan jatuh pada "Assalamualaikum Beijing"; dan saya cukup menikmati film produksi anak negeri yang berlatar di Beijing ini. Filmnya ringan, diangkat dari novel, dan emang masih ada sedikit unsur sinetron (khususnya dalam hal happy ending) tapi filmnya cukup bikin kenyang dan menghibur. Bikin nangis juga (hehehe... saya mudah terharu memang... :p). Sebelum-sebelumnya, tiap kali nonton bareng, mungkin karena momennya yang emang lagi nggak ada film bagus, begitu keluar pintu bioskop perasaan ada rasa kurang gimana gitu. 

Oh ya, di akhir film, Asma (tokoh utama) yang mengidap suatu penyakit dinyatakan hamil. Penyakit ini membuatnya kemungkinan akan mengalami keguguran. Nah saat sang suami bertanya tentang kesiapannya menanggung risiko itu, Asma yang saat itu tidak bisa bicara karena penyakitnya, menuliskan di secarik kertas coklat: "Dia akan setangguh cinta ayah dan ibunya". 

Senyum sendiri bacanya, sambil usap perut. *Mentang-mentang hamil, berasa sinkron gini... Hahaha.... random deh bumil yang satu ini. :D

Satu lagi, di film ini ada adegan atau argumen antara dua tokoh utamanya (Asma dan panggil aja Cung-cung) tentang kenapa harus ada agama. Menurut Cung-cung bukankah agama yang memicu terjadinya perang dan kerusakan, karena banyak orang mengatasnamakan agama untuk berperang dan melakukan kerusakan. Argumen ini dibantah oleh Asma bahwa orang-orang yang menganut agama itulah yang mengatasnamakan agama itu sendiri, padahal agama tidak menganjarkan demikian. Dan bahwa justru jika tidak ada agama, kekejian dan perang akan lebih parah dan bukan sebaliknya. Intinya begitu lah kira-kira. 

Saat menonton bagian ini, saya ingat dengan pertanyaan Frisca, teman seperjuangan semasa di negeri Hitler dulu. Frisca bilang, kenapa sih manusia diberi hawa nafsu (seks--red.), sementara di satu sisi manusia diharamkan oleh agamanya untuk melampiaskan nafsunya sebelum menikah. Kan hal itu (istilahnya) nyiksa. Dulu waktu denger pertanyaan ini, saya juga bingung dan diskusi kami tidak membawa kemana-mana.

Sampai akhirnya suatu hari saya bertanya pada Ahmad, seorang teman editor yang lulusan IAIN. Ahmad bilang, intinya, justru disitulah seninya, letak ujiannya. Kalau nggak ada nafsu, lalu apa lagi yang harus dilawan atau dikendalikan? Ujian keimanan seorang manusia akan kehilangan maknanya jika tidak ada nafsu. 

Hmmm....lama saya cerna, saya sempat minta Ahmad untuk mengulang penjelasannya. Dipikir-pikir, iya juga ya. Kalau diistilahkan, nafsu ini istilahnya adalah sebagai apa ya, duuuh.... buntu...tapi rasanya ada istilahnya untuk hal semacam ini. Katalisator gitu? Kayaknya bukan deh. Ya, pokoknya gitu lah. 

Selesai nonton, kami sholat dan langsung meluncur ke mall yang satu lagi, untuk makan di Pizza Hut. Ibu hamil yang satu ini, udah lama ngidam makan Fusili-nya Pizza Hut. Jadi jangan heran, begitu seporsi fusili hangat dengan keju yang melumer hadir di depan mata, langsung ludes sodara-sodara. Untuk yang belum pernah ngidam, mungkin nggak kebayang gimana rasanya nemu makanan yang dipengen. Walau pun itu cuma makan bakso ikan kampung, misalnya. Ada rasa puas gimana gitu, hehehe.... Dan kayaknya karena faktor laper juga sih, soalnya sengaja tadi nggak makan siang demi seporsi fusili. Menu lain yang juga dipesan, ludes juga tuh ga nyisa. Wah, ini mah curiga lapar ya!

Selesai makan, mampir bentar di counter seorang teman, terus langsung meluncur pulang. Cuaca Bandar Lampung sore itu bersahabat deh, nggak hujan tapi juga ga panas sedari siang. Nyaman! Sernyaman hati di sore itu...ahiww... ;)











Thursday, January 15, 2015

Diary Bumil #1

Tepat 5 bulan, 2 minggu, 5 hari usia kamu hari ini. (Eh, kamu gerak-gerak begitu tulisan ini dibuat, padahal dari tadi kamu tenang. Mudah-mudahan ini tanda senang dan bukan protes ya, Nak? Ini kali pertama kamu ditulis di blog ini.)

Pukul 5 tadi kita sudah bangun untuk sholat dan mengaji. Lalu ngelamun bentar sambil mandangin kaca, trus buka-buka buku catatan. Pukul 6 kita sudah menuju dapur, makan bubur kacang hijau dan minum susu cokelat. Kemudian kita mencuci. Saat menjemur pakaian di lantai atas, hey Nak, Mataharinya anget banget ya. Sehabis jemur cucian, kita nggak langsung turun. Kita nggak mau melewatkan Matahari hangat hari ini. Kita duduk di atas genting yang menaungi kamar. Lalu kita mengobrol.

Tentang hangatnya Matahari hari ini. Hangat Matahari yang mungkin luput dinikmati dan disyukuri oleh orang-orang yang sibuk menyiapkan diri untuk bekerja. Kita tidak bekerja jadi tidak kalang kabut dari pagi dan beruntung bisa menyerap semangat pagi yang ditebar Matahari pagi pukul 8. Kita yang tidak bekerja saja kadang lupa untuk mensyukurinya.

Tentang doa-doa dan harapan untuk kamu. Ada banyak, Nak. Sampai saya (*kami belum sepakat ingin dipanggil apa olehmu nanti, karena itu masih pakai 'saya') terpikir apa kamu mungkin terbebani oleh harapan dan doa-doa kami. Mudah-mudahan tidak ya, Nak. Karena tiap orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya. Sehat. Tumbuh kembang baik dan sempurna baik fisik dan mental (jiwa) di dalam sana. Shaleh. Berbakti pada orang tua. Penyenang hati orang tua. Cerdas (spiritual, intelektual, emosional, sosial, dll). Berakhlak baik. Santun laku dan tutur kata. Jujur lisannya dan terjaga. Dermawan. Berjiwa pemimpin. Jadi anak yang diridhoi Allah dan berezeki baik.

Masih banyak daftar doa untuk kamu, tapi ini yang sering, paling sering disebut.

Tentang keinginan saya untuk kembali menulis. Menulis puisi berbahasa inggris atau apa pun. Lalu mengirimnya ke writing prompts di website asing yang biasa dulu saya ikuti. Ini bermula saat kemarin saya kembali membuka email pengumuman kompetisi menulis dari sebuah website. Kali-kali aja bisa menang, terus jadi terkenal. Hahaha... kita tertawa saat membicarakan ini. Betapa pemimpi sekali ibumu ini. Tapi kemudian saya bilang bahwa semua bisa berawal dari mimpi. Bahwa kamu juga boleh bermimpi, kuncinya adalah mengerjakan segala sesuatunya dengan (melibatkan) hati. Karena katanya, Nak, apa pun yang datangnya dari hati akan sampai (nyentuh) hati lagi. Dan kalau kita sudah menyentuh hati orang, akan lebih banyak kemudahan dan kebaikan datang.

Tentang sinar Matahari yang baik untuk tulang kamu nanti. Karena ia membantu mengolah vitamin D yang sebagian kita dapat dari susu yang tadi kita minum.

Setelah cukup hangat, kita turun dan menyiapkan sarapan. Nyai puasa. Hubby (ayahmu) belum bisa pulang karena masih sibuk kerja, untuk kita katanya. Biar kamu terutama, Nak, tercukupi dengan baik segala kebutuhan dan tidak akan merasakan susah. Nah, jadi kita pun masak menu sederhana untuk kita berdua saja.

Selesai sarapan, Hubby menelpon. Ia berencana tidur pagi ini sebab semalaman bekerja. Semalam sebelum tidur, kami juga saling telepon dan membahas bakal nama kamu nanti dan beberapa hal lainnya. Dan seperti yang sudah-sudah, ayahmu selalu bilang untuk mencantumkan namanya di belakang namamu. Nggak masalah, nama belakang ayahmu kan cukup bagus dan nggak pasaran :D.

Dua hari yang lalu, kamu ingat nggak, kita ke toko buku dan buka-buka sejumlah buku nama bayi islami. Ada banyak sekali. Nanti kita lihat-lihat lagi ya dan pilih nama untuk kamu. Nama adalah juga doa katanya, jadi mesti milih dengan baik. Kita kemarin beli satu buku tipis tentang hypnobirthing--metode melahirkan tanpa rasa sakit. Hypnobirthing berkaitan erat dengan hypnosis yang secara ilmiah sudah terbukti. Metode ini menggunakan afirmasi positif (sugesti) untuk mempengaruhi alam bawah sadar untuk bekerja sesuai afirmasi.

Sejauh ini saya tidak terlalu mengkhawatirkan akan bagaimana nanti sakitnya saat melahirkan. Saya 'belum' terlalu ketakutan untuk hal ini. Mungkin karena belum dekat waktunya. Tapi, jelas saya sudah memikirkannya dan mengantisipasinya dengan membeli buku ini. Mudah-mudahan kita nanti bisa melewati persalinan normal dengan lebih lancar, sehat, aman, tidak terlalu menyakitkan dengan bantuan buku ini. Kita sudah melewati setengah perjalanan untuk bisa ketemu lho, Nak. Nggak kerasa ya?

Saya justru lebih takut akan mengalami baby blues--kabarnya fase yang biasa dialami ibu pasca melahirkan ini akan membuat mereka merasa sedih, cemas, sensitif, galau dan lainnya. Apalagi kemarin, seorang teman bilang bahwa tidak hanya itu; rasa sakit pasca melahirkan, kerepotan dan ketidaktahuan mengurus bayi tanpa pengalaman sebelumnya juga akan jadi tantangan tersendiri. Untuk ini, teman tersebut menyarankan untuk banyak baca buku parenting sejak sekarang. Dan sepertinya itu ide baik, sebab nanti mungkin tidak akan punya banyak waktu membaca seperti sekarang dan agar lebih siap.

Saya juga sempat terpikir bahwa entah kapan saya  bisa bekerja full time lagi, sebab harus mengurus kamu. Ada sedikit rasa gimana gitu. Bukan, bukan keberatan. Hanya gimana pun tetap ada keinginan punya kehidupan dan fungsi lain di luar rumah. Perihal ini, teman tersebut bilang bahwa saat punya bayi, ia justru lebih ingin tidak bekerja. Ia masih sering nangis saat berangkat kerja karena tidak tega meninggalkan bayinya. Hmmm... saya terharu mendengarnya; sampai sebegitunya ya ternyata.


***

Keinginan menulis puisi didahului dengan menulis diary ini. Nggak masalah. Saya justru merasa ada banyak hal terlewat yang belum sempat dituliskan perihal kehadiran kamu. Waktu 5 bulan bukan waktu yang sedikit. Tapi, mungkin kemarin-kemarin ada hal-hal yang harus dibenahi (yang menyita hati dan pikiran, misalnya) hingga tak tergerak untuk menulis setiap perkembangan kamu. Awal kehadiran kamu sudah ditandai dengan cobaan yang nggak mudah. Semoga hal itu nggak menggangu pertumbuhan kamu di dalam sana, justru menjadikan kamu anak yang kuat ya, Nak. Amiin.

Mungkin besok lusa, kita akan cerita tentang awal kehadiran kamu ya. Karena saya juga tak ingin melupa; karena tulisan adalah catatan sejarah diri; karena saya juga berharap kamu bisa membacanya suatu hari nanti, dan tahu bagaimana dan apa saja (meski sedikit) hal yang sudah kita bagi bersama sejauh ini.

Sehat terus ya, Nak.




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...