Wednesday, February 25, 2009

Menjelang Resign

Sabtu, 7 Feb '09, iklan lowongan yang kami pasang untuk mencari sekretaris yang nantinya menggantikanku dimuat di Kompas. Pada hari itu juga, cv dan lamaran memenuhi inbox email perusahaan. Hari minggu, kami masuk untuk mengurusi pajak dan keuangan, aku sudah mem-print smua berkas yang masuk dan menelpon beberapa orang untuk interview besok.

Senin, 9 Feb '09, tugas pertamaku mengecek email dan mengeprint berkas lamaran yang masuk. Dan membalas email yang tidak memenuhi kualifikasi, sesuai keputusan ibu direktur.

Dua orang pelamar datang memenuhi undangan. Seorang pelamar, datang sangat terlambat tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Aku pun menanyakan kenapa ia terlambat.

Ia menjawab sesuatu seperti : "... Ibu saya ... Pecah."

Aku mendengarkan, tapi informasi yang ia sampaikan tidak masuk ke telingaku dengan sempurna. Begitu Bu Dir bertanya kenapa ia terlambat, ragu-ragu aku menjawab: "Saya kurang tahu bu, kalau ga salah ban mobil ibunya pecah."

Sang pelamar menjalani proses interview dan tes menulis surat dalam Bahasa Inggris dan menerjemahkan. Setelah sekian puluh menit, Bu Dir memanggilku ke ruangannya, menyatakan pelamar tersebut tidak memenuhi kualifikasi dan memintaku untuk menyilakannya pulang. Akupun menuju ruangan interview dan menyampaikan pesan Bu Dir untuk menyilakannya pulang dan menunggu hasil interview, serta tak lupa menanyakan kembali alasan keterlambatannya dan kali ini kupasang telinga baik-baik.

Ia menjawab: "Ini.. Ibuku kan punya varises.. Pecah. Jadi tadi aku ke RS dulu.."

"Ooh...," aku menjawab singkat. Saat itu, yang terlintas di pikiranku adalah bukannya merasa bersalah telah 'menyamakan' betis ibunya dengan ban mobil, aku justru merasa malu pada Bu Dir karena telah memberi info yang salah. Aku memang sering tidak konsentrasi seperti ini, dan intensitas kemunculannya meningkat sejak aku memutuskan untuk resign! Aku tipe orang yang hanya melihat/mendengar apa yang ingin kulihat/kudengar, atau aku melihat tapi tak benar2 melihat. Aku juga sangat kurang bagus dalam hal lateral thinking.

Selasa, 10 Feb '09, aku datang di jam makan siang karena ada keperluan di luar kantor. Lagi-lagi ada dua orang pelamar. Email yang masuk makin banyak hingga aku tak mungkin mengeprint semua, kecuali cv yang memenuhi syarat.

Dari sekian banyak lamaran yang masuk, ada beberapa yang melekat dalam ingatan. Pelamar yang paling pertama kukirimi email notifikasi (tidak memenuhi kualifikasi) dan yang paling mendapat sorotan dari kami adalah email dari seorang yang dari pose fotonya saja sudah "menarik perhatian". Pelamar ini terlalu memaksakan diri untuk menulis lamaran dalam Bahasa Inggris.

Bukan bermaksud menghina--Bahasa Inggrisku juga tidak begitu bagus--tapi paling tidak aku sering membuka kamus untuk memastikan pilihan dan penulisan kata sudah benar, sehingga aku tak akan menulis reading menjadi reeding, knowledge dengan knowled sebanyak 2 kali, graphic design dengan disaint grafis, photoshop dengan photo shope, dan translator dengan translater. Uniknya, ia menulis kata translater di bagian pengalaman kerja di mana ia pernah bekerja sebagai penerjemah selama 3 bulan. Pengalaman kerja sebelumnya juga hanya 3 bulan. Dan pengalaman terakhirnya adalah bekerja di sebuah perusahaan selama 2 minggu!

Ada juga pelamar yang lupa mengganti Attention suratnya, sehingga meski surat tersebut dikirim ke email kami, surat tersebut ditujukan kepada PT lain. Masih dimaklumi walau kami jadi tidak berminat memanggilnya. Ada pula pelamar yang mengirim lamaran sekaligus ke email beberapa perusahaan. Sepertinya ia tidak tahu bahwa semua alamat email yang ia tuju akan tetap terbaca di semua email penerima. Ada beberapa cv yang dibuat dan dimodifikasi dengan sungguh-sungguh, dihiasi bunga-bunga sambil tak lupa memajang foto gaya. Beberapa melampirkan foto close up yang diambil dengan kamera HP. Bahkan ada foto pelamar yang memakai T-shirt "U Can See"!

Hey.. What do they expect?!

Seumur hidupku tak pernah terlintas untuk menjadi sekretaris. Aku bahkan memandang sebelah mata profesi ini, karena imej yang kurang baik tentang beberapa sekretaris. Kita memang sering mengidap penyakit men-generalisasi-kan sesuatu bukan? (hehe...membela diri). Dan siapa sangka, menjadi sekretaris adalah pekerjaan pertamaku setelah lulus kuliah. Mungkin ini yang dinamakan "termakan omongan sendiri". Dan pengalaman selama 1 tahun 2 bulan ini mengajarkanku bahwa menjadi sekretaris tidaklah semudah yang kubayangkan dan tidaklah senista yang kupikirkan. Karena tidak mungkin aku menistakan diriku sendiri, kan? Hehe...

Tuesday, February 24, 2009

SKYCAR

Skycar….

Disebut-sebut sebagai mobil terbang masa depan, solusi kemacetan lalu lintas.

Moller M400X Skycar, diciptakan oleh Paul S. Moller dari California, Amerika. Setelah melewati berbagai uji coba, prototype pertama Skycar sukses terbang pada tanggal 26 Agustus 2002.

Disebut Skycar karena pesawat ini memiliki ukuran dan di-desain layaknya mobil. Skycar ini dilengkapi dengan system thrust deflection vanes yang membuat mobil jadi-jadian (pesawat bukan, mobil juga bukan) ini dapat take off/landing secara vertikal pada hampir setiap jenis permukaan. Skycar juga dilengkapi dengan system komputerisasi untuk mengoperasikannya (dikutip dari majalah Terbang, Edisi Agustus-September 2004).

Yup…satu lagi kemajuan teknologi manusia. Terdengar menarik bahwa ada mobil yang bisa terbang. Dan sepertinya, mobil pesawat ini tidak berisik dan tidak punya baling-baling seperti helicopter yang menerbangkan apapun disekitar tempatnya mendarat. Dapat dibayangkan saat orang lain sibuk mengeluh, menggerutu, memencet klakson, berteriak, protes, dsb karena kemacetan, mobil ini akan dengan sangat anggun terbang, memukau setiap orang yang melihat.

Dan beberapa orang pun akan bermimpi, menabung, mengkredit, bahkan berhutang, dll sebagai usaha untuk memiliki mobil bergengsi ini. Dan masalah akan muncul saat sudah banyak orang memiliki mobil jenis ini. Lalu lintas udara—bukan tidak mungkin—akan semakin padat. Lalu, akan pula dibutuhkan rambu-rambu lalu lintas di udara agar Skycar tidak saling tabrak.

Rambu lalu lintas udara? Hmm…menurut kalian, akan seperti apa rupanya? Apakah rambu ini akan dipancang dengan tiang maha tinggi? Di pasang di pohon-pohon? Atau di gantung di…langit, mungkin?

Selain rambu—yang paling utama, tentu diperlukan adanya jalur yang jelas agar Skycar berlalu lintas dengan rapi di udara. Kira-kira, bagaimana membuat jalur penerbangan untuk mobil jenis ini? Tidak terpikir, untuk orang awam seperti saya. Di aspal? Tidak mungkin. Dipasang tali/kawat memanjang sebagai batas/marka jalan? Ehm…kayaknya kok kurang efektif ya. Atau mungkin akan ada alat canggih baru yang mampu menjadi solusi dalam hal ini. Menggunakan Positioning System?

Selain rambu-rambu dan jalan, saya pikir perlu juga ada polantas udara. Bukankah banyak orang yang tidak “kenal” dan bersikap sombong terhadap rambu-rambu lalu lintas? Kira-kira, pos polantas udara ini akan bagaimana? Pos pohon mungkin? Seperti rumah-rumah pohon. Atau mungkin para polantas tidak perlu pos, hanya berpatroli dengan Skycar juga.

Kalau Skycar banyak, kasihan burung-burung. Sudah pohon sebagai rumah banyak ditebangi, eh…kok ya jalur terbang mereka juga dibajak. Sesekali akan ada burung yang tertabrak Skycar lalu mati sia-sia, seperti halnya nasib ayam, tikus got, yang kerap jadi korban di jalan raya darat.

Oh iya, katanya, Skycar dilengkapi delapan mesin, jadi kalau ada satu atau lebih mesin yang tidak berfungsi, Skycar masih dapat beroperasi dengan baik. Nah, kalau kedelapan mesin mati, kira-kira gimana ya?

Selain itu, katanya, jika pesawat mobil ini mengalami guncangan karena turbulensi, system komputer yang ada akan langsung menstabilkannya.

Kalau tiba-tiba mogok, gimana? Apakah pesawat bisa bertahan di udara sampai ada jasa derek mobil datang? Derek mobil? Di udara?!

Kalau sudah begini, lebih enak macet di jalan raya (darat). Kita masih bisa teriak-teriak memarahi pengemudi di depan; mencet klakson sekeras-kerasnya; kalau tenggorokan mulai sakit, kita tinggal panggil pedagang kaki lima untuk beli minuman, dan kalau minuman sudah habis padahal kita masih haus, kita bisa pukul setir sebagai ungkapan kekesalan, tanpa harus takut mobil meluncur/jatuh ke bawah. Dan bla…bla…bla…

Well, tulisan ini hanya unek-unek seorang awam. Tapi, bukan berarti menentang perkembangan teknologi. Bukan juga skeptis. Hanya menulis apa yang terlintas di pikiran. Hanya kurang setuju pada artikel yang jadi sumber tulisan ini, yang membanding-bandingkan mobil dengan pesawat ini. Jelas-jelas bukan bandingan; mobil ya mobil, pesawat bandingkan lagi dengan pesawat dong! Sungguh tidak BER-PERI-KE-MOBIL-AN! Hehe…=p

Berikut kutipan yang kurang saya setujui:

Skycar VS Mobil

Mari kita bandingkan M400 Skycar dengan mobil yang paling canggih maupun mewah. Secanggih apapun mobil yang Anda miliki tetap memiliki berbagai keterbatasan, bahkan Anda tidak bisa berbuat apa-apa apabila terjebak dalam kemacetan. (Terbang, 2004).

Jadi, harap maklum kalau saya me-mobil-kan (mengibaratkan sebagai mobil) pesawat Skycar dalam tulisan ini!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...