Monday, June 10, 2013

Hari Pencerahan Diri

Mungkin hari ini bisa dibilang hari pencerahan bagi saya.

Awan gelap kelabu yang kemarin menghantui hari-hari, meski berganti-ganti dengan cahaya Matahari yang sesekali menghangatkan, kini perlahan sirna. Semoga hari ini dan besok langit di dalam kepala dan hati ini tetap dan terus cerah biru. Kalau pun akan ada gelap, itu hanya akan sementara dan tidak akan merubah diri ini menjadi asing lalu hilang arah.

Self-esteem! Betapa saya mesti berjuang untuk memiliki self-esteem positif. Saya memang tidak sempurna, tapi bukankah Tuhan sudah memberi saya begitu banyak berkah yang masih susah payah diusahakan orang lain? Hanya karena saya kesusahan dalam satu hal, kenapa jadi melupakan kebaikan lain yang begitu banyak, yang saya terima bahkan tanpa saya minta?

Saat naik angkot menuju kantor, ada seorang kakek buta yang ikut menumpang angkot yang sama. Melihatnya--tanpa mendeskriditkan si kakek--saya tiba-tiba merasa betapa beruntung. Betapa bersyukur!
Saya punya kedua mata yang sehat. 
Tubuh yang sehat tanpa cacat. 
Otak yang ga bego-bego amat meski juga ga pinter-pinter amat. 
Keluarga yang baik dan orangtua yang sangat mendukung dan berpikiran terbuka. 
Teman-teman yang baik dan menyenangkan, meski tidak sangat banyak.
Pendidikan yang juga baik, meski susah payah tapi bisa selesai juga.
Pekerjaan yang menyenangkan. Setelah malang melintang di beberapa tempat sebelumnya.
Materi yang cukup.
Intuisi yang memang sih masih butuh diasah. 
Keselamatan saat saya pergi ke mana pun. Seorang teman pernah bilang, bahwa insyaallah kemana pun saya pergi, saya akan aman. Tidak akan ada orang yang berani berbuat macam-macam. Aamiin. 
Kemudahan dan luck dalam banyak hal. Saya sering memenangkan hadiah, misalnya, hehehehe...
Dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Berbicara tentang diri yang kesusahan mengasuh self-esteem positif, ini terkait dengan keinginan yang begitu kuat dalam hati, tapi nampak sulit sekali saya capai. Saya pesimis. Saya sering berpikir negatif. Kurva pikiran positif dan negatif datang silih berganti datang menyiksa logika. Saya sempat menyerah beberapa kali untuk mencapai keinginan itu. Tapi dalam usaha itu, saya semakin menyadari saya tidak bisa (atau belum bisa) menyerah. 

Kalau sudah begini, sudah seharusnya saya berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki dan bukan meninggalkan (masalah/keinginan terkuat), bukan? Kenapa terus-terusan memutuskan menyerah, padahal belum rela, wahai diri? Kenapa tidak bersabar sedikit lebih banyak dan belajar sungguh-sungguh untuk tidak mengulang kesalahan yang sama? 

Jika saya masih seperti kemarin, masalah ini akan juga tak kunjung selesai (entah itu selesai happy atau sad ending). Yang jelas ini harus selesai dan tidak terkatung-katung seperti sekarang.

Kalau sudah maksimal usaha, tapi masih gelap. Mungkin ya itulah saatnya untuk melepaskan dan merelakan. Dan saya berdoa semoga diberi kemudahan dalam proses ini. Menerima itulah salah satu kunci menghadapi setiap masalah. Menerima dengan positif.

Izinkan saya mengutip ini: "Acceptance doesn't mean you're giving up and not trying anymore. In contrast, it means you're looking at yourself and your situation realistically."

Langkah pertama yang harus dilakukan sepertinya adalah memetakan masalah. Kemudian mempelajari pola munculnya masalah. Menemukan cara untuk mengatasinya atau mencegahnya. Lalu tak lupa sambil berdoa pada Tuhan pemilik segala. Berdoa dengan keyakinan akan terkabul, dan bahwa Tuhan itu Maha Baik, sangat dekat dan Maha Pengabul Doa. Ia juga bisa melakukan keajaiban! Yang muskil sekalipun dalam pikir manusia. Apa yang tak bisa jika Ia berkenan?!

Tujuan menulis ini sebagai pengingat diri. Agar ingat hal positif yang saya pelajari hari ini. Dan lalu mempraktekkannya. 

Terdengar sangat pribadi, ya? Memang. Lalu kenapa? :)




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...