Sunday, March 24, 2013

Surat Tak Terkirim #2: Cinta dalam Secangkir Kopi Asin

Dear kamu,

Apa kabar warna langit di sana? Semoga biru cerah saat siang dan penuh bintang saat malam. Karena itu akan berarti laut sedang tenang, kan?

Kali ini saya punya cerita yang ingin saya bagi untuk kamu. Kemarin-kemarin, tidak sempat atau tidak diberi kesempatan. Sekarang lebih-lebih lagi, bahkan untuk mendengar kabarmu saja, tidak bisa. Maka mulai sekarang, izinkan saya menulis surat-surat seperti ini yang tidak akan pernah bisa dikirimkan tapi semoga pesannya bisa sampai ke tujuan. Entah dengan cara apa!

Saya sempat terpikir ingin bisa membacakan cerita ini atau cerita lainnya langsung atau via telepon untuk kamu. Tapi kamu bilang kamu tidak suka baca, kamu lebih suka baca berita. Jadi, saya pun tak berani menawarkan membacakan cerita untuk kamu, lagi pula saya khawatir saya akan tampak seperti ibu-ibu yang membacakan dongeng untuk anaknya sebelum tidur. Eh, tapi kalau suatu hari nanti saya jadi ibu, saya memang akan melakukannya untuk anak-anak saya.

Cerita ini sederhana. Alasan saya memilihnya kali ini karena saya suka sekali cerita ini dan ingin membaginya untuk kamu. Bahwa kebohongan tidak selamanya sebegitu buruk. Bahwa cinta bisa membuat hal-hal tak terduga bahkan konyol bisa terjadi. Saya copas cerita berikut dari kemudian.com. Selamat membaca.

***

Cinta dalam Secangkir Kopi Asin (Kebohongan Yang Indah)

Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis yang menakjubkan. Banyak pria berusaha mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang laki-laki biasa. Tak ada yang begitu menghiraukannya. Saat pesta telah usai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak, si gadis tidak mau mengecewakannya.

Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang nyaman. Si laki-laki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan sang gadis merasa sangat tidak nyaman. "Ayolah, cepat. Aku ingin segera pulang", kata sang gadis dalam hatinya. Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan, "Tolong ambilkan saya garam. Saya ingin membubuhkan dalam kopi saya." Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya kontan menjadi merah, tapi ia tetap mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya.

Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, "Kenapa kamu suka minum kopi asin?". 

Laki-laki tersebut menjawab: "Dulu ketika kecil, aku tinggal di daerah dekat pantai. Setiap hari  aku suka sekali bermain di laut dan dapat merasakan asinnya air laut. Sama seperti rasa kopi ini. Sekarang, tiap kali  minum kopi asin, aku jadi teringat akan masa kecil dan tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan kampung halaman, rindu pada kedua orangtuaku yang masih tinggal di sana", lanjutnya dengan mata berkaca-kaca. 

Mendengar hal itu, sang gadis tersentuh atas ungkapan perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti seorang yang mencintai dan begitu peduli akan rumah dan keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggung jawab akan tempat tinggal dan keluarganya. Kemudian sang gadis juga mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh, masa kecilnya, keluarganya... Suasana yang sebelumnya kaku langsung berubah menjadi perbincangan yang hangat. Dan itu menjadi awal yang indah dari kisah cinta mereka. Semua bermula karena secangkir kopi asin!

Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri menikah dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia... Setiap pagi ketika sang istri membuatkan kopi untuk suaminya, ia selalu membubuhkan garam di dalamnya, karena ia tahu itulah yang disukai suaminya.


Setelah 40 tahun berlalu, si laki-laki meninggal dunia. Ia meninggalkan sepucuk surat bagi istrinya: "Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah satu-satunya kebohonganku padamu---tentang kopi asin. Kamu ingat kan saat kita pertama kali berkencan? Aku sangat gugup waktu itu. Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tak sanggup, maka aku biarkan saja semuanya. 

"Aku tak pernah mengira kalau hal itu malah menjadi awal pembicaraan kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku, tapi aku begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apa pun darimu... Sekarang aku sedang sekarat. Tidak ada lagi yang dapat aku khawatirkan, maka aku akan mengatakan ini padamu: Aku tidak menyukai kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalmu, aku selalu minum kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menyesali semuanya. Dapat berada di sampingmu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan untuk menjalani hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha mengenalmu dan menjadikanmu istriku walau pun aku harus minum kopi asin lagi."

***

Selamat tidur. Besok saya akan berbagi cerita yang lain lagi. :)


2 comments:

Nia Janiar said...

Ngomong-ngomong masalah kopi dalam cangkir, saya jadi inget kejadian di KKMA pas Neni coba2 ngeramal. :D Hahaaa.. fail :p

Neni said...

Hahahhaa...anggeur ini mah meni puas banget kalian ya ngetawain saya... :D

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...