Wednesday, June 29, 2011

The Vacation of Two Angels




Black Angel    :      Do you think somebody will notice that we're angels in disguised?
White Angel   :      We're too old for angels. 
Black Angel    :      Ha..ha...ha...
White Angel   :      Just don't let somebody see our faces.
Black Angel    :      Okay, White. I will listen to your words today. I won't let them.
White Angel  :      But actually, I'm wondering if this is weird to have an umbrella in this beautiful twilight. I'm afraid this umbrella will attract somebody's attention
Black Angel  :    That's okay. People can stand weird strangers more than beautiful angels. It's more dangerous to stand here without umbrellas. They will notice our strangely beautiful and magical faces trapped in old-ladies' bodies.
White Angel   :       Ha...ha... You need to train your magic, so next time, we won't look this weird.
Black Angel     :      Alright. If there's next time. We will be young and beautiful ladies by the seashore.
White Angel   :       Great. I've never known that you can be a good company.
Black Angel     :      Hey, what does it mean, then?!
White Angel  :     You know what, I do enjoy this one-day vacation. Though, still, it's just ironic to spend holiday with an eternal enemy. But I have to admit that I enjoy your company. You can be such nice angel. I hope it will last longer.
Black Angel   :      What will last longer; this holiday or my good behavior? I don't want to think that this holiday has made you forget that we're born as an enemy. You are the good and I'm the evil. It's violation to destiny to change that fact. 
White Angel  :       Don't start an argument, please. Can we just be friend for one day? It's a blessing that God let us to have a little rest. Why don't we enjoy it?
Black Angel    :       Okay, sorry. Hmmm... it's unbelievable I say sorry.
White Angel   :       Black...
Black Angel    :       Okay, White. Okay, as you wish. 

(Silent)

Black Angel    :      Look! The sky is getting redder now. Beautiful, right?
White Angel   :      Yeah, so beautiful. I can't wait to see the sun sets in the vast ocean.
Black Angel    :      Me, too. Well, if I may say the truth, I will never forget today's sunset ever! 
White Angel   :      So do I. It's the best and most beautiful sunset I've ever seen.
Black Angel    :      Don't say that it is because of my company. Huh?
White Angel   :      Ha...ha... I have to say--well, yes... It's one of the reasons.
Black Angel    :      Oh no, I don't like this kind of scene.
White Angel   :      Oh come on, Black... 
Black Angel    :      Yeah, whatever...
White Angel  :       Black, I know it maybe sounds weird to you...; If in the next coming days we're involved in hard battles, can we remind each other about today? So... umm...--I mean...--we shouldn't that hard fighting.
Black Angel    :      What?! What an idea! Do you think I'm stupid? You're trying to make me giving up easier! Unbelievable!
White Angel   :       Black, please... I never think that way. I just hope that you don't that hard on human... on  yourself…
Black Angel    :       So you could win more battles...
White Angel   :       Black! Oh okay, it's my fault! It's so stupid to expect the good Black in an extraordinary day like today, let alone in normal days.

In the meantime, the big red sun slipped into the ocean.

Black Angel    :      Beautiful, huh?
White Angel   :      Yeah... I feel so happy and sad at once seeing this sunset...
Black Angel    :      Well, I feel the same. 
White Angel   :      ...
Black Angel    :      Why starring at me that way? I'm a born evil, White. We have to remember this.





Note:
This post is written for Writing Exercises by Creative Writing Ink.

Ingin Menelan Bulan

Ingin menelan bulan:
biar terang dan tenang 
di dalam sini...






*

Friday, June 24, 2011

Kamu

Kamu tahu tidak: kamu adalah termasuk orang yang sangat mudah dibaca. Mudah ditebak, mudah dimanipulasi.
Dan tak kusangka, belakangan aku sadar kamu adalah juga orang yang paling pintar menipu diri sendiri, membohongi orang lain, untuk alasan yang hanya kamu sendiri yang tahu...

Kita: di Simpang Jalan

Mereka mungkin ada benarnya, ada juga salahnya.
Kita juga ada benarnya, pun salahnya.
Dalam beberapa hal tentu saja.

***

Masalah seperti ini memang rumit sekali. Tak bisa dipecahkan dengan menggunakan rumus apapun--sehebat apapun. Tak bisa dengan mudah diselesaikan hanya dengan menerapkan logika berpikir tertentu atau dengan menerapkan ajaran agama saja.

Sebagian besar orang akan bilang bahwa agama lah yang seharusnya jadi patokan, jadi solusi! Tapi mereka lupa selain hidup sebagai makhluk beragama, kita juga adalah makhluk yang perasa.

Dan di sinilah kita hari ini. Sejak awal kita sudah tahu kita akan sampai di sini--di persimpangan ini. Sesampainya di sini, hanya ada dua kemungkinan di depan sana: kita akan tetap (memaksakan diri) bersama atau (terpaksa) berpisah di sini saja.
Kedua pilihan tersebut sama berat resiko dan konsekuensinya. Kita sangat tahu ini sejak awal, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Kamu tahu pasti kan orang tuaku berpikiran terbuka. Mereka tidak akan memandangmu sebelah mata lalu menentang kita hanya karena kamu belum tetap bekerja, misalnya. Atau karena pendidikanmu tidak setara denganku, atau karena kamu kurang tampan, kamu bukan cendekiawan, apalagi karena misalnya kamu  keturunan suku lain. Mereka sungguh tidak akan terlalu mempermasalahkan hal-hal tersebut di atas. Kalaupun mereka mempermasalahkannya, toh kamu sudah lolos kualifikasi itu. Kamu berpendidikan, mapan, tampan, dsb.

Tapi sayang seribu sayang, sejak awal kamu sudah gagal  memenuhi kualifikasi yang paling prinsipil bagi mereka, bagi sebagian besar keluarga besarku (termasuk bagiku sendiri), dan yang utama bagi agama yang kami percaya: kamu beda agama!

Aku dan kamu beda agama!

***
__________________________________________________________________________________

*NOTE:
Ditulis di akhir April 2011. Saya lupa apa yang jadi inspirasi tulisan ini. Saya hanya sangat ingat bahwa sesuatu entah itu kejadian atau isu atau yang lainnya yang membuat saya tergerak menuliskannya.
Saya juga tidak tahu apa yang membuat saya tidak langsung mempostingnya di blog ini.

Malam ini, saat saya membacai tulisan lama di buku free-writing saya yang berwarna matahari bergambar dua pinguin biru dan dua ikan, saya pikir tulisan pendek ini layak dipublikasikan di blog... Dan ingat, ini hanya fiksi ya! :)

Wednesday, June 22, 2011

Pernahkah Kalian Merasakannya?

Pernah ga sih kalian merasa tidak mengenal atau merasa aneh terhadap diri sendiri???

Saya pernah, sering malah.

Melakukan sesuatu yang tidak pernah direncanakan sebelumnya dan mampu menyelesaikannya meski dengan susah payah. Dan terheran-heran bagaimana bisa saya melewatinya.

Berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda dengan diri beberapa tahun yang lalu, dan tidak bisa menjelaskan selogis mungkin penyebab perubahan tersebut. Dan pastinya proses tersebut telah melewati jalur yang panjang dan bercabang-cabang hingga tidak bisa disimpulkan dengan satu dua kalimat.

Bereaksi terhadap sesuatu dengan cara yang bikin diri bertanya-tanya sendiri: 'saya kok bisa-bisanya bertindak begitu, harusnya kan biasa aja, harusnya kan begini atau begitu...'

Menyukai warna ungu, dan menjadi fanatik terhadap warna yang satu ini. Kalau bisa, semua harus berwarna ungu. Bahkan isi perut pun lebih suka yang ungu. Kemarin saya beli keripik ubi ungu, dan pastinya dasar ketertarikan membelinya adalah warnanya yang langsung nyolok mata. Minggu lalu, dengan sengaja dan sangat sadar membeli brownis yang ungu, kalau tidak ada yang ungu, ga akan jadi beli.

Penyuka angka 9 sebab lahir pada tanggal 9 bulan 9. Nomor HP sudah wajib berakhiran 9. Dan entah kenapa sering selalu berhubungan dengan angka 9. Contoh kecil adalah waktu kost di Jakarta, nomor rumahnya ibu kost 99, pas tinggal setahun di Jerman, nomor rumah keluarga angkat adalah 9, dan sekarang kembali kost di Bandung, rumah ibu kost yang jadul nan antik juga bernomor 9.

Penakut sangat sama makluk-makhluk tak kasat mata sejak pindah ke Bandung. Sebelum ke Bandung, saya ga sepenakut ini dan ga pernah teriak-teriak ketakutan kalau ada orang yang cerita tentang hal-hal mistis semacam ini. Paling-paling dulu hanya mata yang berkaca-kaca, sekarang saya bahkan ga sanggup denger cerita mistis dan cerita hantu sekecil apapun karena takut keingetan.

Menjadi insomnia sejak pulang dari Jerman. Dulu jam 9 adalah jam normal tidur. Sekarang boro-boro, jam 1 malam masih melek dan sibuk Online.

Menyukai orang tertentu ( termasuk yang dikategorikan 'not my type') dan juga tidak menyukai orang tertentu dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan dan dimengerti oleh diri sendiri.

Bisa hidup meski tanpa TV dan tidak menjadi malu dengan tidak punya TV. Dulu waktu pindah ke Bandung dan harus kost untuk pertamakalinya, hal pertama yang dikhawatirkan adalah bahwa saya akan tidak punya TV dan tidak akan bisa nonton telenovela favorit saya lagi. Sekarang, kalaupun ada uang, bukan TV yang jadi  barang yang akan dibeli.

Hal yang menurut orang lain adalah masalah kecil dan ga penting bisa jadi masalah penting buat saya dan bisa bikin saya marah, tapi hal lain yang menurut orang masalah besar dan membuat mereka marah, bagi saya hanya masalah kecil.

Tidak bisa tidur sebelum Online, hehehehehe....

Dulu pendiemnya naudzubillah, sekarang cerewetnya minta ampun. Hehehe...

Dulu begitu, sekarang begini...

Dan masih banyak lagi yang lainnya, yang ga mungkin ditulis semua di sini. Ini pun saya agak gimana gitu, kok tulisan ini malah jadi curhat, padahal plot awal seharusnya tidak curhat seperti ini.


Kita semua tahu pasti hidup adalah proses perjalanan panjang. Banyak hal yang datang dan pergi dalam kehidupan kita dan setiap hal tersebut pasti berpengaruh terhadap diri sekecil apapun itu. Perubahan tentunya jadi hal yang tak terbantahkan. Beberapa perubahan bahkan mungkin terjadi tanpa kita sadari...

Tuesday, June 14, 2011

bulan pagi

sepagi ini
ada bulan tertinggal
di luka mega

senja yang hijau

senja yang hijau
ingin segera mekar
di laut debar

long long road to walk

long long road to walk
high trees barricade the path
my shadow hides deep

Monday, June 06, 2011

Sudah Tidak Seperti Dulu

maafkan jika hari-hari
sudah tidak seperti dulu
kita masih bernaung di langit yang sama
menghirup udara yang sama
menikmati hangat matahari yang kemarin itu juga
tapi banyak hal di bawah langit ini
berubah menjadi berbeda
menginvasi pikiran bahkan meracuninya perlahan-lahan
memaksa kita menjadi yang bukan kita (yang dulu)

percayalah, ini tidak hanya sulit bagimu
tapi juga sulit bagiku
namun untuk kembali ke hari-hari kemarin itu
aku sungguh tak lagi mampu atau mau
luka yang ada belum lagi kering
bagaimana bisa aku mudah melupa?

percayalah, ini tidak hanya sulit bagimu
tapi juga bagiku
namun cepat atau lambat kita akan terbiasa
meski tetap saja sulit menerima

semua ada jenjang masanya; kita tahu ini, kan?
meski pendek, hari yang kita bagi bersama itu pernah ada
dan aku tak menyesalinya
hanya (sekali lagi) jangan memaksaku
kembali seperti hari-hari dulu
masih ada luka yang entah kapan
bisa sembuh sempurna...

Lingkar-Lingkar Warna

Lingkar-lingkar warna
merenda tepian langit hari ini
adakah kamu menyadari perubahan itu?
atau mendengar doa-doa yang disulam di sana?
dan menyukainya?

Saturday, June 04, 2011

Salah Langkah?

Seperti matahari yang sembunyi
di balik awan hitam
saat petir mengigau

Adakah matahari alpa
bahwa di antara awan-awan itu
bersarang petir yang siap terjaga

(Ataukah semata
matahari tak punya daya ke mana suka:
mereka toh berbagi langit yang sama?)

Lepas

Jadi hanya sebatas itu saja
simpul yang kupikir kuat terikat;
entah di mana jalinannya lepas,
besar kemungkinan tak pernah terjalin

Bahkan jaring laba-laba saja
bisa saling silang mengikat kuat
menangkapi serangga, menjaring hujan,
lalu memantulkan pelangi
saat percikan matahari jatuh di atasnya

entah di mana jalinannya lepas
besar kemungkinan memang tak pernah ada
dan aku terpana
simpul itu lebih rapuh dari sarang laba-laba...

*Photo is taken from here.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...