Friday, June 24, 2011

Kita: di Simpang Jalan

Mereka mungkin ada benarnya, ada juga salahnya.
Kita juga ada benarnya, pun salahnya.
Dalam beberapa hal tentu saja.

***

Masalah seperti ini memang rumit sekali. Tak bisa dipecahkan dengan menggunakan rumus apapun--sehebat apapun. Tak bisa dengan mudah diselesaikan hanya dengan menerapkan logika berpikir tertentu atau dengan menerapkan ajaran agama saja.

Sebagian besar orang akan bilang bahwa agama lah yang seharusnya jadi patokan, jadi solusi! Tapi mereka lupa selain hidup sebagai makhluk beragama, kita juga adalah makhluk yang perasa.

Dan di sinilah kita hari ini. Sejak awal kita sudah tahu kita akan sampai di sini--di persimpangan ini. Sesampainya di sini, hanya ada dua kemungkinan di depan sana: kita akan tetap (memaksakan diri) bersama atau (terpaksa) berpisah di sini saja.
Kedua pilihan tersebut sama berat resiko dan konsekuensinya. Kita sangat tahu ini sejak awal, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Kamu tahu pasti kan orang tuaku berpikiran terbuka. Mereka tidak akan memandangmu sebelah mata lalu menentang kita hanya karena kamu belum tetap bekerja, misalnya. Atau karena pendidikanmu tidak setara denganku, atau karena kamu kurang tampan, kamu bukan cendekiawan, apalagi karena misalnya kamu  keturunan suku lain. Mereka sungguh tidak akan terlalu mempermasalahkan hal-hal tersebut di atas. Kalaupun mereka mempermasalahkannya, toh kamu sudah lolos kualifikasi itu. Kamu berpendidikan, mapan, tampan, dsb.

Tapi sayang seribu sayang, sejak awal kamu sudah gagal  memenuhi kualifikasi yang paling prinsipil bagi mereka, bagi sebagian besar keluarga besarku (termasuk bagiku sendiri), dan yang utama bagi agama yang kami percaya: kamu beda agama!

Aku dan kamu beda agama!

***
__________________________________________________________________________________

*NOTE:
Ditulis di akhir April 2011. Saya lupa apa yang jadi inspirasi tulisan ini. Saya hanya sangat ingat bahwa sesuatu entah itu kejadian atau isu atau yang lainnya yang membuat saya tergerak menuliskannya.
Saya juga tidak tahu apa yang membuat saya tidak langsung mempostingnya di blog ini.

Malam ini, saat saya membacai tulisan lama di buku free-writing saya yang berwarna matahari bergambar dua pinguin biru dan dua ikan, saya pikir tulisan pendek ini layak dipublikasikan di blog... Dan ingat, ini hanya fiksi ya! :)

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...