Wednesday, March 30, 2011

Sudah Lewat

Musim-musim menyemai bunga sudah lewat
musim hujan sudah bergiat
tapi aku mendadak berhenti menyukai bunga di taman ini;
berhenti merawat pokoknya,
membersihkan hijau daunnya,
menunggunya mekar
atau menghirup wanginya
apalagi merangkai bunga-bunga
: sudah hilang minat.

Bunga musim gugur
di negeri lain,
telah membuatku terpikat!


*

Monday, March 28, 2011

Langit Pagi Tadi

Pagi ini:
langit tak memangku mentari
tak juga hendak menimang hujan

hatinya: langit pagi tadi!

Inilah Kali Pertama

Inilah kali pertama
ia begitu lelah terjaga;
ingin tidur saja
tapi usahanya membentur sia-sia
kalah oleh gelisah
yang lincah mengetuk dinding jantung
oleh resah yang menerobos luasnya semak pikir

Dadanya belukar, hatinya rimbun ilalang
membuatnya berasa mual:
ingin muntahkan semua
besok saja, saat senja
saat dimana kamu biasa
bermain-main di padang hatinya

Tunggu saja,
saat ia tahu sudah waktunya
kau akan terpana:
ia menjeratmu dengan pekatnya senja
dan takkan melepasmu begitu saja
kecuali dalam keadaan berbeda!

Aneh

Bodoh sekali rasanya menunggu kabar tentang
hari yang kau lewatkan kali ini
atau mengharap mendengarnya dari gosip
yang tersebar di lorong-lorong pasar

Aneh sekali rasanya menunggu dengan begini tenang
kabar yang seharusnya tak boleh sampai
atau yang semestinya demikian lihai
menguji tajamnya debar

Mungkinkah aku sudah lelah peduli
pada semua hingar
pada segala kelakar?

Saturday, March 26, 2011

Cerita di Dermaga

Sumber gambar dari sini.
Adalah gadis kecil
datang ke ujung dermaga setiap senja
gigih memunguti cahaya-cahaya
yang jatuh berderak di kayu-kayu tua
lalu mengumpankan mereka
pada ikan-ikan yang enggan mengenal cuaca

Dipandangnya langit jingga,
diisyaratkannya doa-doa
tentang pasir pantai, riak ombak, biru laut, bahkan kepak camar
juga tentang ikan-ikan pemakan cahaya--
agar sudi mengenali cuaca
dan mengajaknya mengarungi debur samudera
tak peduli entah kapan kembali,
entah di mana akan terdamparnya nanti.

Friday, March 25, 2011

Jejak Sebuah Stasiun


Harus kulambaikan juga tangan padamu
saat rel-rel menjerit menyambut kereta
yang akan mengantarku di sebuah kota,
yang belum juga berhasil kuterka namanya

Harus kuambil juga koper kenangan
yang masih lekat di genggamanmu
kau iring langkahku meniti gerbong-gerbong
hingga sampai di kursi yang memanggil namaku
di sela-sela mimpi yang berderet rapi

Masing-masing kita
berusaha keras mengikat airmata
agar tak menghambur lepas--
jatuh di lantai gerbong yang berdebu
atau di meja tempatku menopang dagu
saat merekam gerak-gerik perjalanan
setelah kelelahan mencari bayangmu;
jauh tertinggal di stasiun
yang tak bisa lagi kubaca jejaknya...


*foto dipinjam dari sini.

(10 Minutes Free-Writing)

Thursday, March 24, 2011

PLESTER


Pernah ada cerita tentang seorang wanita yang berduka. Ia mengurung diri di rumah sibuk meratapi duka. Hingga suatu hari seorang anak tetangganya mampir ke rumahnya dan bertanya tentang apa yang tengah dialaminya. Sang wanita dengan mata yang selalu sembab bilang bahwa ia baru kehilangan salah seorang yang ia cintai yang meninggal duni beberapa hari yang lalu. Ia pun menambahkan bahwa saat ini hatinya sedang sakit sekali.

Keesokan harinya, sang anak kecil datang kembali. Saat bertemu wanita tersebut, dengan lugu ia bilang: “Ibu, ini aku bawakan plester untuk hatimu yang sedang sakit.”
Wanita itu pun memeluknya sambil menangis sebab terharu.

*

Memang kemarin-kemarin itu, hatiku memar-memar. Aku teringat kisah di atas dan berharap ada plester besar yang bisa membantu meringankan bengkak dan biru di hati. Tapi, aku tak bisa mengharapnya dari orang lain. Plester itu sepertinya harus kubuat sendiri, karena yang kubutuhkan bukan plester yang sama yang diberikan anak kecil kepada wanita yang tengah bersedih itu.

Sekarang ini memarnya sudah berkurang. Birunya sudah menghitam; bukankah hitam adalah pertanda kian dekat dengan kesembuhan? Sudah kutambal (meski susah payah) dengan plester pengertian dan ketulusan. Mereka plester yang langka: kadang bisa sangat diandalkan, tapi seringkali hilang khasiat begitu saja. Tapi, selama aku percaya mereka tetap ada, hatiku akan baik-baik saja. Bengkak dan biru sesekali, justru menandakan ia tak lupa berfungsi.


*Foto dipinjam dari sini.

Note: ditulis di sesi 10 Minutes Free-Writing.

Akulah Rumput di Tubuhmu yang Dulu Batu

Akulah rumput
yang melekat mengendap di tubuhmu yang batu

Matahari memang memanggangmu dengan setia
membakar tubuhmu yang kian menghitam
Hujan rajin mencacahmu pelan dan tekun
menembus pori-porimu yang merapuh dan berair
Gigil angin membalutmu dengan rapi
menyelimutimu dengan pilu kesepian

Hingga pada suatu senja 
yang lelap ketiduran di sudut kota
Kau akan menyerah:
Pecah!

Orang-orang akan lupa bahwa
ada matahari yang pernah menggempurmu dengan rintik cahaya
ada hujan yang hinggap berkilauan menantang pelangi yang jatuh di tubuhmu
ada angin yang pernah menyanyikan merdu lagu musim-musim di bising telingamu

Hanya akulah rumput
(yang akan mereka lihat dan ingat)
Akar-akarku yang halus tersulur memelukmu erat,
melekat mengendap di tubuhmu
yang dulunya batu...



* ditulis di sesi 10 Minutes Free-Writing: Selasa, 23 Maret 2011.

Wednesday, March 23, 2011

Ide-Ide Memenangkan Hati si Dia

Sekarang ini, saya menulis ini sambil mendengarkan Rase FM. Ada yang menarik di acara malam ini, yang dibawakan oleh Chandra, penyiar favorit sejak ia siaran di Hardrock FM.

Temanya adalah tentang hadiah atau kejutan-kejutan kecil untuk pasangan. Para pendengar diminta mengirimkan via SMS nama mereka beserta nama masing-masing pasangan. Namanya boleh dirahasiakan atau tidak di-on air-kan. Dari nama-nama pasangan inilah akan dikulik hadiah atau kejutan apa yang cocok sesuai dengan apa kata 'primbon' yang dipunya penyiar.  Jadi, hadiah usulan ini sifatnya akan personal. Tapi saya pikir, ide-ide hadiah yang tidak biasa tapi manis ini bisa jadi inspirasi kita.

Yuk, kita simak...
foto: dok. pribadi


# Ide 1
Cari tahu atau tanyakan pada keluarga atau teman terdekatnya di masa kecil, buku apa yang jadi favoritnya semasa kecil. Lalu, cari sampai dapat buku tersebut, beli tak peduli seberapa mahal harganya, dan berikan padanya sambil selipkan kartu ucapan dengan bunyi sebagai berikut:

We can't back to the past. But it's nice to see you smile again while reading this old book.

(kira-kira begitu bunyinya... agak lupa lengkapnya.)

# Ide 2
Untuk mereka yang punya pasangan sering lembur, bisa coba cara berikut ini. Sediakan kotak atau toples yang diisi penuh makanan kecil atau camilan favorit pasangan. Pada bagian atasnya, buat tanda cross warna merah, lalu tambahkan tulisan: Pertolongan pertama pada lembur ala ... (isi dengan nama kamu). Buka hanya dalam keadaan darurat.

Ehm, ide ini so sweet ya? Diharapkan, pasangan akan terhibur dan tidak terlalu terbebani dengan pekerjaannya setiap dia melihat toples ini, tidak kelaparan, dan yang pasti dia akan ingat kamu setiap melihat toples...

# Ide 3
Ambil majalah atau buku yang sedang dibaca oleh pasangan. Lingkari kata atau kalimat-kalimat tertentu (romantis) yang khusus kamu tujukan untuk dia. Seperti puzzle kata-kata. Nah, mudah-mudahan pasangan kamu cukup pintar untuk bisa mengurutkan dan ngeh dengan kata-kata yang sudah kamu lingkari saat ia kembali membaca buku atau majalah tersebut.

# Ide 4
Beli domain atau web di internet. Gunakan nama pasangan sebagai nama atau alamat web ini. Isi dengan tulisan-tulisan yang ditujukan untuk dia atau puisi-puisi ungkapan isi hati. Lalu, saat sedang bersama pasangan, ajak dia untuk browsing atau googling nama dia. Nah, begitu web yang kamu buat ini muncul, dia bisa membaca tulisan-tulisan kamu yang khusus untuk dia.

# Ide 5
Boleh coba cara ini jika suka bermain scrabble. Permainannya tetap sama seperti scrabble pada umumnya, hanya ada peraturan tambahan: cari hanya kata-kata sifat yang menggambarkan sifat pasangan. Duh, ini juga manis sekali. Tapi hati-hati, jangan sampai jadi ribut dengan pasangan hanya karena kalian memilih kata-kata sifat yang negatif, seperti: jorok, tak setia, mata keranjang, buaya, dsb. hehehe... :P

# Ide 6
Isi bagasi mobil kamu atau mobil pasangan dengan balon helium. Ajak pasangan ke tempat terbuka, sesampainya di sana, minta pasangan untuk mengambilkan sesuatu di bagasi. Nah, begitu bagasi dibuka, semua balon akan terbang dan menyisakan tulisan di bagasi yang berbunyi: I love you atau kata manis lainnya.

# Ide 7
Cobalah permainan sederhana ini untuk menguatkan ikatan atau sekedar lucu-lucuan. Tapi sebelumnya kalian harus menyepakati untuk patuhi peraturannya sebelum memulai permainan. Baca buku bareng, secara bergantian, masing-masing pilih 1 kata kerja dari buku dan 1 anggota tubuh. Kata-kata yang kamu pilih adalah kata-kata yang harus dilakukan oleh pasangan, dan sebaliknya.
Contoh: pijat kaki ... bantu cuci... dsb.
Ya mudah-mudahan pasangan kamu cukup tahu diri dan tidak memilih kata-kata yang bikin susah.

# Ide 8
Ide ini sepertinya lebih cocok untuk dilakukan laki-laki pada pasangannya. Beli 12 mawar, sertakan tulisan:
Aku mencintaimu sampai mawar terakhir ini layu.

Kuncinya: beli 11 mawar segar, lalu beli mawar palsu sebagai mawar terakhir. Mawar palsu ini tentu tak akan pernah layu, jadi maksudnya cinta kamu juga tak pernah layu. :)

Yah idenya hanya sebatas ini berhubung waktu siar sudah habis. Semoga bermanfaat dan menginspirasi...

Banyak hadiah yang bisa dibeli dengan uang, tapi pehatian-perhatian kecil nan manis tentu akan lebih bisa meninggalkan kesan.



*

Monday, March 21, 2011

Kebun Belakang

Jangan marahi aku hanya karena menjenguk sejenak ke kebun di pekarangan belakang. Aku hanya mampir, hanya ingin memastikan bahwa senja masih tampak lebih indah jika dipandang sambil duduk di pagar batu pembatas kebun ini dan pekarangan belakang tetangga. Hanya ingin melihat kelinci putih kecil yang hidup dari memakan sayuran yang ditanam tanpa diurus. Hanya ingin menyapa angin yang berputar terperangkap di antara semak perdu yang terlalu rimbun dan tinggi-tinggi. Hanya ingin menginjak tanah yang lunak ditingkah langkah.

pagar batu

Hanya ingin mengenang sejenak bahwa pernah ada masa dimana kebun ini pernah indah. Kebun ini pernah menjadi tempat bermain yang menyenangkan hingga lupa pulang. Sebuah tempat dimana aku bebas menanam angan-angan yang tersembunyi dari serangga-serangga pemakan tanaman. Rumput-rumputnya yang hijau tebal adalah tempat tidur paling nyaman saat aku kelelahan berlarian menangkapi kupu-kupu atau capung sebesar jarum. Sekali lagi, aku mengunjunginya sejenak hanya untuk mengenang. Itu saja.

Kalau ternyata sepatuku jadi kotor dan berlumpur, jangan juga jadi marah-marah. Pada lumpur-lumpur itu telah pula kuceritakan kisah-kisah selama melangkah mengukir sejarah kecil yang suatu saat nanti akan hilang dari ingatan. Jika bajuku penuh dengan rumput liar atau serbuk-serbuk dari semak, jangan mengomel. Mereka menjadi saksi bahwa aku telah bisa bersenang-senang menjelajah sudut-sudut yang menyimpan rahasia di tiap jengkal tanah.

Anggaplah aku baru saja tersesat di kebun tak terawat. Aku memang bersenang-senang sedikit di sana, dalam segala kenang. Tapi percayalah, lumpur dan semak akan mengingatkanku untuk tidak terlalu sering kembali ke sana. Angan-angan yang tertanam di sana, yang hampir layu dan mati, hanya akan membuatku sedih. Matahari senja masih tetap indah dipandangi dari pagar batunya, tapi serangga-serangga sudah menggerogoti rumput yang biasa menyambut hentakan kakiku saat melompat naik atau turun dari pagar tersebut. Tak lagi nyaman, terlebih untuk berlama-lama berbaring di sana.

Bukan tak mungkin, ini kali terakhir aku mengunjunginya. Aku perlu ke sana, untuk merapikan apa-apa yang aku bisa. Hingga aku bisa melangkah tenang, dan tak lagi berniat mengenang-ngenang...


*gambar dipinjam dari sini.

Mereka

Mereka hadir tidak untuk membawa pedang keadilan, tapi muncul untuk memerangi rasa keadilan.


Mereka bisa merampas kebahagiaan kini, lalu menukarnya dengan sesal yang hanya mengasah perih.
Mereka terkadang melenakan, menyeret jauh ke rimba yang menyesatkan langkah-langkah kelam.

Namun mereka bisa saja menyenangkan, saat mengantar paket-paket kebahagian yang tak bisa diterima kecuali dengan mengandalkan rasa.
Kadang pula mereka demikian bijaknya, mengingatkan kapan dan bagaimana harus melangkah, atau kapan harus berlari atau justru berhenti.
Mereka pula yang mengajarkan secara tak langsung tentang bagaimana memahami hal-hal sederhana yang mampu diserap saat ia bernama pengalaman.
Mereka mengantarmu melewati jejalan panjang yang hanya bisa dititi oleh orang-orang yang menghargai esensi proses.

Lalu suatu hari, mereka mungkin akan terlupakan, terkubur menumpuk di gudang ingatan, yang terus disesaki ingatan baru.

Tapi akan selalu ada hal yang membawamu kembali pada mereka. Karena bagaimanapun, merekalah hidupmu yang kau catat dan simpan di rak-rak yang mereka huni bertahun-tahun. Rak-rak penuh kenangan.


Note:
Baris pertama tulisan ini dikutip lalu dirubah satu kata dari sebaris kalimat di buku Keadilan Tidak untuk yang Miskin, yang sedang dibaca teman bernama Cimot, yang saya daulat untuk memberi tema menulis...


* Foto dipinjam dari sini.

Dilema


Bahkan segelas susu cokelat hangat tak mampu membantu menawar perih. Jangan harap selimut mampu melakukannya. Siapa sangka akan begini jadinya. Dilema.

Menyakitimu, sekarang ini, sama halnya dengan menyakiti diri sendiri.

Jangan lagi begini. Aku janji tak lagi menguji hatimu. Tak peduli kau mungkin masih akan terus menguji hatiku. Tolong, jangan pernah berubah. Setelah hari kemarin itu, hatiku masih sama.

Maaf!


*foto dipinjam dari sini.

Saturday, March 19, 2011

Transisi

Aku tahu, kau tengah bersusah payah menyembunyikan hatimu dariku. Kau mencari-cari ruang lain untuk menyimpannya di sana.
 
Aku pun ikut-ikutan mencari ruang yang bisa kusinggahi, saat kau sibuk mencari-cari. Agar aku tak merasa terlalu sendiri. Agar bisa kutunjukan padamu bahwa aku pun di sambut hangat di ruang lain. Meski sebenarnya sebagian besar ruang di hati ini, sekarang ini, disiapkan khusus untukmu.

Dan aku merasa, saat aku melakukan ini dan dengan sengaja membiarkanmu tahu tentang ruang-ruang lain itu, kau menjadi asing. Membuatku selalu bertanya padamu, 'Kau kenapa?', 'Apa gerangan yang tengah mengganggu pikiranmu?', dan lain sebagainya. Padahal, aku merasa atau tepatnya menduga bahwa aku tahu penyebab kau menjadi tiba-tiba asing.

Adakah sebagian besar ruang di hatimu, telah kau siapkan pula untukku?

Sunday, March 06, 2011

Move On Celebration

I get out of my own way, let you have your way.

Adalah hari perayaan, Sabtu 5 Maret 2011.

Gerimis kecil mengiring langkah saya dan seorang teman bernama Nia--yang juga ingin melakukan perayaan kecil yang kami gagas beberapa minggu yang lalu--ke Harvest, Dago.

Chocolate Cheese Cake, Cranny Berry dan Lychee Lay jadi menu sekaligus saksi perayaan kali ini: Move On Celebration.

Chocolate Cheese Cake

Ada saat di mana kita tahu sudah waktunya melepas sesuatu, berhenti, melupakan, dan merelakan. Dan kesadaran ini muncul bersamaan dengan kesadaran Nia yang tengah merasakan hal yang sama. Maka, kami memutuskan untuk merayakannya bersama-sama.

Perayaan kecil ini memang sederhana, tapi penting adanya. Sebagai pengingat bahwa usaha "melangkah" bisa begini mudah dan menyenangkan, meski tak dipungkiri sebelum hari ini datang, usaha ini lumayan menyusahkan. Atau bisa juga sebagai penghargaan terhadap diri sendiri karena telah berhasil melanjutkan langkah, menentukan sikap, memilih, memutuskan, dan menerima serta menjalankan pilihan yang sebenarnya kurang menyenangkan dengan lebih lapang dada.




Beruntung sekali punya teman berbagi dan teman mendengarkan. Karena jika tidak, perayaan ini tidak akan pernah ada.

Thanks again to Nia, for the idea of celebration, the celebration itself, and the all nice photos... And most of all thanks for being a good hearer and one of my best friends. This moving on effort can't be this easy without you, other friends, and him: the distraction. Hehehehe.... :p

***
To end this kind of diary, let me recite a  Move On lyric by Bruno Mars:


How do I end up in the same old place,
faced again with the same mistakes,
so stubborn thinkin I know what is right,
but life proves me wrong everytime,
takin roads that lead me nowhere,
how do I expect to get there,
but when will I learn to just put you first.

...
I get out of my own way, let you have your way.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...