"Dan dalam keraguan, seseorang akan merasa lebih baik diam," ujar Dewi Lestari di salah satu buku kumpulan cerpennya Recto Verso.
Untuk kesekian kalinya saya mengutip kata-kata ini, baik untuk tulisan di blog seperti sekarang ini atau untuk meng-update status di Facebook.
Setahu saya, diam sebab tengah berada dalam keadaan kebingungan bukanlah suatu yang menyenangkan. Tapi sialnya, terkadang kita memang perlu melewati fase ini: diam. Tidak mengatakan sesuatu. Tidak melangkah. Tidak melakukan sesuatu. Menyimpan dan bukannya membagi apa yang seharusnya diungkapkan. Pasif dan bukannya melakukan apa yang bisa diusahakan.
Sebab ada masa dimana diam, menunggu, memperhatikan, membaca arah dan langkah adalah suatu yang diperlukan agar tak gegabah menentukan sikap. Atau semata karena bingung!
Diam-diamlah saja dulu. Aku pun akan diam dulu.
Diam bukan berarti tak bisa dibaca dan atau dipahami. Diam adalah juga bahasa. Bahasa bingung, hahaha...
Eh maksudnya, bahkan saat diam pun kita bisa memaknai dan membacai sesuatu. Sebab tetap ada proses yang tengah berlangsung meski dalam diam.
Diam-diamlah dulu. Aku pun akan diam dulu.
Sampai bertemu nanti; saat bahasa diam ini menemukan jalannya sendiri untuk bicara pada masing-masing kita. Apapun bahasa yang nanti berhasil kita dengar atau kita terjemahkan, kita akan baik-baik saja.
Semoga.
*gambar dipinjam dari sini
Merry Christmas to All
47 minutes ago
0 comments:
Post a Comment