jika aku mengingat-ingat apa yang sudah lewat
rumpun ketakutan bermekaran di taman pikir
merambat memenuhi sudut-sudut kepala
tapi jika aku tak hendak mengingat-ingat
aku khawatir jadi melupa;
lupa diri hanya akan membawa lebih banyak luka
masih adakah penawar ingat
yang sempat kutelan kemarin itu?
ia membuatku melupa dengan cara yang bijaksana
tanpa ada luka:
agar ringan kepalaku, tenang pikiranku...
Sunday, May 29, 2011
Adalah Hati
hatinya sebulan yang lalu
adalah ricik air
adalah sejuk
yang rela mengalir di antara kerikil dan pasir
hatinya beberapa minggu kemarin
adalah kosong
adalah hening
yang nyaring berdenting-denting
hatinya beberapa hari ini
adalah riuh
adalah ombak
yang bergulung-gulung mencari pantai;
agar resap di pasir-pasir
adalah ricik air
adalah sejuk
yang rela mengalir di antara kerikil dan pasir
hatinya beberapa minggu kemarin
adalah kosong
adalah hening
yang nyaring berdenting-denting
hatinya beberapa hari ini
adalah riuh
adalah ombak
yang bergulung-gulung mencari pantai;
agar resap di pasir-pasir
Tuesday, May 24, 2011
Tulisan Linglung
Tulisan kali ini, saya mulai tanpa tahu akan menulis apa, apalagi akan bagaimana akhirnya. Hanya ingin menulis. Itu saja.
Baru saja tiba di kostan, sebab tadi lembur di kantor. Pukul 20.36 WIB, waktu yang tertera di layar Nitnet (laptop saya). Oh ya, hari ini dan sebenarnya beberapa hari belakangan ini, saya kadang terpikir atau tepatnya terheran-heran bagaimana saya bisa sampai pada tahap seperti sekarang ini. Banyak hal yang dulu hanya berupa angan-angan, sekarang datang sendiri menghampiri meski tanpa saya usahakan. Dan saya menyukainya. Mungkin memang sedang waktunya seperti ini. Mungkin dulu saya belum siap, maka datangnya sekarang. Dan banyak mungkin-mungkin yang lainnya.
Lalu, suatu saat nanti, masa-masa seperti ini juga akan lewat. Tinggal kenangan. Diganti fase lain yang memang dibutuhkan nantinya...
Dipikir-pikir tak habis pikir, kalian ngerti tak apa yang sedang saya bicarakan? Karena saya sendiri sedikit bingung ini... Mungkin ini salah satu efek samping kebanyakan lembur... :p
Ya sudahlah daripada tambah ngaco, sampai di sini dulu tulisan kali ini...
Baru saja tiba di kostan, sebab tadi lembur di kantor. Pukul 20.36 WIB, waktu yang tertera di layar Nitnet (laptop saya). Oh ya, hari ini dan sebenarnya beberapa hari belakangan ini, saya kadang terpikir atau tepatnya terheran-heran bagaimana saya bisa sampai pada tahap seperti sekarang ini. Banyak hal yang dulu hanya berupa angan-angan, sekarang datang sendiri menghampiri meski tanpa saya usahakan. Dan saya menyukainya. Mungkin memang sedang waktunya seperti ini. Mungkin dulu saya belum siap, maka datangnya sekarang. Dan banyak mungkin-mungkin yang lainnya.
Lalu, suatu saat nanti, masa-masa seperti ini juga akan lewat. Tinggal kenangan. Diganti fase lain yang memang dibutuhkan nantinya...
Dipikir-pikir tak habis pikir, kalian ngerti tak apa yang sedang saya bicarakan? Karena saya sendiri sedikit bingung ini... Mungkin ini salah satu efek samping kebanyakan lembur... :p
Ya sudahlah daripada tambah ngaco, sampai di sini dulu tulisan kali ini...
Tuesday, May 17, 2011
Aku Menyerah, Tapi Bukan Kalah
Aku memang menyerah, tapi bukan kalah.
Aku justru bebas seperti serbuk-serbuk putih
dari bunga yang tak kutahu namanya
yang lincah berlarian menghiasi udara
atau justru mengotorinya
Mungkin kau menikmati memandanginya
dan berusaha menangkapi mereka
saat berdiri di halte menunggui bus kota
yang akan membawamu melintasi keasingan jejalan tua
untuk sekali itu saja; sebab sepertinya tak ada kesempatan kedua
Tapi mungkin juga kau akan terbatuk
jika serbuk-serbuk itu secara tak sengaja tertelan olehmu
saat menghirup dalam-dalam (sambil memejamkan mata)
angin musim semi yang gegas melintas:
agar sejuk meniup hatimu, agar tenang mengusir resahmu.
* teringat memandangi serbuk bunga pada suatu hari di musim semi:
Oberschleem Haltestelle, Billstedt--Hamburg.
Aku justru bebas seperti serbuk-serbuk putih
dari bunga yang tak kutahu namanya
yang lincah berlarian menghiasi udara
atau justru mengotorinya
Mungkin kau menikmati memandanginya
dan berusaha menangkapi mereka
saat berdiri di halte menunggui bus kota
yang akan membawamu melintasi keasingan jejalan tua
untuk sekali itu saja; sebab sepertinya tak ada kesempatan kedua
Tapi mungkin juga kau akan terbatuk
jika serbuk-serbuk itu secara tak sengaja tertelan olehmu
saat menghirup dalam-dalam (sambil memejamkan mata)
angin musim semi yang gegas melintas:
agar sejuk meniup hatimu, agar tenang mengusir resahmu.
* teringat memandangi serbuk bunga pada suatu hari di musim semi:
Oberschleem Haltestelle, Billstedt--Hamburg.
Labels:
Bangku Kenangan,
Jejak Langkah,
Jerman,
Lembar Puisi
Wednesday, May 11, 2011
Bunga Kemarin Itu
Bunga di kebun tetangga kemarin itu,
sekarang sudah tidak ada lagi
percuma kau cari-cari bangkainya;
kelopak-kelopaknya sudah gugur satu persatu
jatuh ditelan liat tanah basah
ia bukan menyerah pada cuaca
atau gentar pada gigil angin malam
bukan juga khianat pada hijau daun-daun;
hanya saja di hari itu,
hujan yang tersengat matahari
telah jatuh di helai-helai kuntumnnya:
ia rekah sempurna
--apalagi yang bisa ia lakukan
selain luruh setelahnya...
* terinspirasi dari komentar Nia, bahwa mekar (bagi bunga) adalah puncak (eksistensinya),
setelahnya adalah mati.
.
sekarang sudah tidak ada lagi
percuma kau cari-cari bangkainya;
kelopak-kelopaknya sudah gugur satu persatu
jatuh ditelan liat tanah basah
ia bukan menyerah pada cuaca
atau gentar pada gigil angin malam
bukan juga khianat pada hijau daun-daun;
hanya saja di hari itu,
hujan yang tersengat matahari
telah jatuh di helai-helai kuntumnnya:
ia rekah sempurna
--apalagi yang bisa ia lakukan
selain luruh setelahnya...
* terinspirasi dari komentar Nia, bahwa mekar (bagi bunga) adalah puncak (eksistensinya),
setelahnya adalah mati.
.
Friday, May 06, 2011
Curhat Dulu Ah...
Saya ingin sekali menulis tentang emosi yang membungkus hati saya belakangan ini. Tapi saya bingung mau menulis apa dan bagaimana untuk menjelaskan sejelas-jelasnya.
Ada rasa syukur dan ada juga rasa takut saat saya ingin menuliskannya.
Saya bersyukur bisa berada pada jenjang emosi seperti sekarang ini. Saya baru menginjaknya beberapa hari belakangan--sejak hari itu. Hari di mana saya menyadari sesuatu, dan memutuskan saat itu juga untuk menerima kesadaran tersebut. Seharusnya kesadaran itu menyakitkan--dan biasanya (sebelum hari itu) selalu menyakitkan. Tapi entah kenapa pada hari itu, ia justru terasa melegakan. Mungkin karena saya sudah lelah merasa sakit hingga sangat bosan, lalu beralih pada rasa lega yang nyaman. Atau mungkin karena hari itu, saya bisa berhasil menerima sepahit-pahit kenyataan, lalu mendapat berkah dipeluk rasa nyaman. Ya, saya sedang merasa sangat nyaman dengan diri saya yang sekarang, dengan kenyataan yang susah payah bisa saya mengerti dan terima. Saya punya firasat, ada hal besar yang lebih berharga dan baik sedang menunggu saya di depan sana. Semoga saja. Amin.
Tentang rasa takut yang tadi saya sebutkan, ah saya tidak tahu apakah baik membicarakannya di sini. Saya takut esok hari, rasa nyaman yang sedang membungkus saya sekarang ini akan hilang begitu saja. Saya yang labil ini takut akan mengalami jatuh terpuruk dan pesimis lagi. Saya takut bahwa firasat saya tentang sesuatu yang baik yang sedang menunggu saya itu sebenarnya hanya angan-angan belaka... Hmm... kalau sudah begini, saya terdengar negatif sekali ya. Jadi, saya hentikan di sini saja tentang poin ketakutan ini.
Intinya, saya sedang nyaman dengan diri sendiri dan apa yang saya punyai. Dan jujur, saya heran saya bisa senyaman ini. Saya melepaskan sesuatu, belajar merelakan, dan kehilangan, tapi saya justru menjadi nyaman. Lega dan ceria!
Saya belum dapat ganti atas kehilangan yang kemarin itu, tapi saya merasa baik-baik saja. Mungkin karena usaha mendapatkan atau memaksakan diri meraih apa yang bukan untuk kita adalah justru lebih menyusahkan.
Aduh ini ngomong apa sih malam-malam begini? Ya sudahlah, sekian dulu.
Ada rasa syukur dan ada juga rasa takut saat saya ingin menuliskannya.
Saya bersyukur bisa berada pada jenjang emosi seperti sekarang ini. Saya baru menginjaknya beberapa hari belakangan--sejak hari itu. Hari di mana saya menyadari sesuatu, dan memutuskan saat itu juga untuk menerima kesadaran tersebut. Seharusnya kesadaran itu menyakitkan--dan biasanya (sebelum hari itu) selalu menyakitkan. Tapi entah kenapa pada hari itu, ia justru terasa melegakan. Mungkin karena saya sudah lelah merasa sakit hingga sangat bosan, lalu beralih pada rasa lega yang nyaman. Atau mungkin karena hari itu, saya bisa berhasil menerima sepahit-pahit kenyataan, lalu mendapat berkah dipeluk rasa nyaman. Ya, saya sedang merasa sangat nyaman dengan diri saya yang sekarang, dengan kenyataan yang susah payah bisa saya mengerti dan terima. Saya punya firasat, ada hal besar yang lebih berharga dan baik sedang menunggu saya di depan sana. Semoga saja. Amin.
Tentang rasa takut yang tadi saya sebutkan, ah saya tidak tahu apakah baik membicarakannya di sini. Saya takut esok hari, rasa nyaman yang sedang membungkus saya sekarang ini akan hilang begitu saja. Saya yang labil ini takut akan mengalami jatuh terpuruk dan pesimis lagi. Saya takut bahwa firasat saya tentang sesuatu yang baik yang sedang menunggu saya itu sebenarnya hanya angan-angan belaka... Hmm... kalau sudah begini, saya terdengar negatif sekali ya. Jadi, saya hentikan di sini saja tentang poin ketakutan ini.
Intinya, saya sedang nyaman dengan diri sendiri dan apa yang saya punyai. Dan jujur, saya heran saya bisa senyaman ini. Saya melepaskan sesuatu, belajar merelakan, dan kehilangan, tapi saya justru menjadi nyaman. Lega dan ceria!
Saya belum dapat ganti atas kehilangan yang kemarin itu, tapi saya merasa baik-baik saja. Mungkin karena usaha mendapatkan atau memaksakan diri meraih apa yang bukan untuk kita adalah justru lebih menyusahkan.
Aduh ini ngomong apa sih malam-malam begini? Ya sudahlah, sekian dulu.
Monday, May 02, 2011
Das Leben ist Schön
Gambar ini diambil dari sini. Gambar aslinya tidak sesenja ini. Thanks to Marwan yang mengeditnya hingga senjanya jadi semerah dan rumputnya jadi sehijau seperti sekarang.
Saat diminta menuliskan sesuatu tentang gambar ini, yang terpikir hanyalah sebuah kalimat dalam bahasa Jerman di atas 'Das Leben ist schön!', yang artinya 'Hidup itu indah!'
Mungkin juga karena mood saya di hari itu (Jumat, 28 April) sedang senang-senangnya, maka hanya terpikir kata-kata ini...
Padahal di hari itu, saya 'melepaskan' dan belajar merelakan sesuatu. Aneh ya? Merasa senang dalam keadaan seperti itu.
Oh ya, jika kalian bertanya-tanya siapa gerangan Marwan ini, ia adalah partner kerja saya. Kami satu tim kerja. Ia adalah layouter untuk buku-buku yang saya edit.
Begitulah. Dan demikian cerita tentang gambar kali ini... :)
Where Am I?
Then, I come to this place
where birds are too lazy to sing
to welcoming morning,
where grasses are not dancing that gayly
in catching the weary wind
Finally, I arrive in this place
where I know not its name
nor its exact site
but here I'm
(don't ask how)
get lost but somehow relieved:
for not hearing the melancholic birds' song
and not seeing gayly but fragile dancing of grasses
and most of all, for not knowing where I am...
Could someone just tell me;
how could that be me?
where birds are too lazy to sing
to welcoming morning,
where grasses are not dancing that gayly
in catching the weary wind
Finally, I arrive in this place
where I know not its name
nor its exact site
but here I'm
(don't ask how)
get lost but somehow relieved:
for not hearing the melancholic birds' song
and not seeing gayly but fragile dancing of grasses
and most of all, for not knowing where I am...
Could someone just tell me;
how could that be me?
Sunday, May 01, 2011
Kelopak Mawar: Di Bening Sungai
Dan di bening sungai yang lincah mengalir:
kelopak-kelopak mawar hanyut ke hilir
Seekor kumbang bising berputar-putar
di atas rumpun mawar yang gemetar!
kelopak-kelopak mawar hanyut ke hilir
Seekor kumbang bising berputar-putar
di atas rumpun mawar yang gemetar!
Mereka Bertemu di Sebuah Titik
Ada yang memutuskan pergi
ada yang merasa ditinggalkan
yang pergi dan yang ditinggalkan
merasa bahagia--
untuk alasan yang direka-reka
tapi mereka juga bersedih
atas alasan yang disangkal habis-habisan
Mereka saling membaca masing-masing rasa--
diam-diam tentu saja
pada kelopak senja yang ligar.
Hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah titik,
bukan lagi jeda atau koma!
ada yang merasa ditinggalkan
yang pergi dan yang ditinggalkan
merasa bahagia--
untuk alasan yang direka-reka
tapi mereka juga bersedih
atas alasan yang disangkal habis-habisan
Mereka saling membaca masing-masing rasa--
diam-diam tentu saja
pada kelopak senja yang ligar.
Hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah titik,
bukan lagi jeda atau koma!
Saat Sebatang Rumput Menyerah
Saat sebatang rumput di sore yang guncang itu
akhirnya menyerah dalam upayanya menjadi bunga,
ada yang merasa bahagia
padahal terselip luka (di hatinya)--
walapun sedikit, tapi ada...
keesokan paginya, sukacita mengembun di helai rerumputan:
sejuk bagai tiupan angin semi.
luka masih terselip di hatinya (yang mengaku bahagia)
walaupun sedikit, tapi ada...
dan asing kan rasanya?
akhirnya menyerah dalam upayanya menjadi bunga,
ada yang merasa bahagia
padahal terselip luka (di hatinya)--
walapun sedikit, tapi ada...
keesokan paginya, sukacita mengembun di helai rerumputan:
sejuk bagai tiupan angin semi.
luka masih terselip di hatinya (yang mengaku bahagia)
walaupun sedikit, tapi ada...
dan asing kan rasanya?
Subscribe to:
Posts (Atom)