Wednesday, April 27, 2011
Bicara Tentang Bulan dan Pohon
Catatan:
Posting terbaru ini adalah hasil kolaborasi.
Teks ditulis oleh Neni dan Marwan.
Sumber gambar: shutterstock.com; diedit oleh Marwan.
Bandung, 25 April 2011.
Kita Mungkin Lupa: Isyarat
let's run away to the place
where love first found us...
(Bruno Mars 'Runaway')
kita mungkin lupa
di hari-hari itu semua terasa nyata meski jauh sekali jaraknya
pada masa-masa itu kita saling menemukan dengan mudahnya--
hanya lewat sebuah isyarat
Tapi lihatlah kini,
kita kebingungan; kita mungkin salah atau juga benar
membaca apa gerangan isyarat rintik hujan, angin kencang,
lagu daun-daun atau tarian rerumputan
kita mudah sekali salah membaca arah,
salah melangkah di setapak tujuan
di mana letak hari-hari dulu--
saat sebuah isyarat saja cukup sebagai jawaban
bisakah bersama-sama kita caritemukan
agar kita bisa mengakhiri sebaik-baik perjalanan?
(saat mempertanyakan ini, aku merasa bodoh sekali.
kita tahu sejak dulu: hari-hari itu sudah menjelma debu!)
where love first found us...
(Bruno Mars 'Runaway')
kita mungkin lupa
di hari-hari itu semua terasa nyata meski jauh sekali jaraknya
pada masa-masa itu kita saling menemukan dengan mudahnya--
hanya lewat sebuah isyarat
Tapi lihatlah kini,
kita kebingungan; kita mungkin salah atau juga benar
membaca apa gerangan isyarat rintik hujan, angin kencang,
lagu daun-daun atau tarian rerumputan
kita mudah sekali salah membaca arah,
salah melangkah di setapak tujuan
di mana letak hari-hari dulu--
saat sebuah isyarat saja cukup sebagai jawaban
bisakah bersama-sama kita caritemukan
agar kita bisa mengakhiri sebaik-baik perjalanan?
(saat mempertanyakan ini, aku merasa bodoh sekali.
kita tahu sejak dulu: hari-hari itu sudah menjelma debu!)
Saturday, April 23, 2011
Tschüs :-h
Aku pergi sekarang saja, ya?
ruang ini sudah terlalu sempit untuk kita
agar kau leluasa
agar aku leluasa
membaca dan menyadari
apa yang perlu (masing-masing) kita pahami:
apa pun itu...
da...da...
bye... bye...
tschüs...
:-h
:-h
:-h
ruang ini sudah terlalu sempit untuk kita
agar kau leluasa
agar aku leluasa
membaca dan menyadari
apa yang perlu (masing-masing) kita pahami:
apa pun itu...
da...da...
bye... bye...
tschüs...
:-h
:-h
:-h
picture source from here |
Monday, April 18, 2011
Ada Banyak Lampu
Ada banyak lampu di sepanjang jalan ini
dan bias cahayanya berebutan masuk ke kedua mataku
Rinai gerimis yang tiba-tiba turun
berkilauan tertangkap cahaya lampu:
menjelma butiran pelangi...
Tanpa peringatan, gerimis ingin juga masuk ke mataku
demi mengikuti cahaya lampu...
*pic is from here
Saturday, April 16, 2011
Tuesday, April 12, 2011
Lelah!
Semua ini:
melelahkan sekali, ya Tuhan...
Hal baik apa yang Kau rencanakan terjadi atasku?
hingga harus selelah ini melangkah:
untuk kemudian mundur dan memutar arah
agar aku tidak terlalu sakit terbentur kebuntuan
Rencana baik apa yang Kau rahasiakan terjadi atasku?
hingga harus sesakit ini terjatuh:
tapi tak jera mencoba terus bangkit dan percaya
ada cahaya di ujung jalan ini, atau jalan itu
mungkin juga jalan di ujung sana
Tapi lagi-lagi buntu!
Lagi-lagi memulai langkah baru
terus saja begitu
Saat tengah lelah seperti ini:
jangan manjakan harapku, jangan lambungkan terlalu tinggi
hanya untuk terkhianti lagi
aku khawatir jika itu terjadi:
aku tak lagi berdaya membelok ke lain arah
atau bahkan untuk sekedar percaya
tentang hal-hal sederhana
Bukankah jatuh dari tempat yang terlalu tinggi,
sakitnya sungguh tak terperi?
melelahkan sekali, ya Tuhan...
Hal baik apa yang Kau rencanakan terjadi atasku?
hingga harus selelah ini melangkah:
untuk kemudian mundur dan memutar arah
agar aku tidak terlalu sakit terbentur kebuntuan
Rencana baik apa yang Kau rahasiakan terjadi atasku?
hingga harus sesakit ini terjatuh:
tapi tak jera mencoba terus bangkit dan percaya
ada cahaya di ujung jalan ini, atau jalan itu
mungkin juga jalan di ujung sana
Tapi lagi-lagi buntu!
Lagi-lagi memulai langkah baru
terus saja begitu
Saat tengah lelah seperti ini:
jangan manjakan harapku, jangan lambungkan terlalu tinggi
hanya untuk terkhianti lagi
aku khawatir jika itu terjadi:
aku tak lagi berdaya membelok ke lain arah
atau bahkan untuk sekedar percaya
tentang hal-hal sederhana
Bukankah jatuh dari tempat yang terlalu tinggi,
sakitnya sungguh tak terperi?
Sunday, April 10, 2011
Green is Good for Your Eyes
Saturday, April 09, 2011
Ada Mereka di Antara Kita
ada mereka di antara kita
yang sengaja kita undang bahkan kita paksa datang
sebagai tumbal perasaan
umpan kecemburuan
sampai kapan kita undang mereka di tengah-tengah kita
hanya untuk mengelabui apa yang kita rasa?
yang sengaja kita undang bahkan kita paksa datang
sebagai tumbal perasaan
umpan kecemburuan
sampai kapan kita undang mereka di tengah-tengah kita
hanya untuk mengelabui apa yang kita rasa?
Hatiku Kesemutan
hatiku kesemutan:
saat melihatmu terlalu memaksakan diri
demi menunjukkan padaku
tak ada aku di hatimu...
saat melihatmu terlalu memaksakan diri
demi menunjukkan padaku
tak ada aku di hatimu...
Masih Tentang Rindu
jarak sejauh kemarin itu saja
mampu menghukumku dengan rindu sebegini tegas
sebegini gamang juga memilukan
meski begitu,
aku tak ingin kembali ke tempat di mana jarak ini bermula
aku sungguh rela tersesat di labirin rindu yang sedemikian rumit
sedemikian menyesatkan
tahukah kamu,
kamulah satu-satunya alasanku tetap bertahan di sini
padahal jalur pelangi siap mengantarku ke awan
ke langit-langit tinggi
aku khawatir,
jarak sejauh jalur pelangi akan merampas pelangi di mataku
yang (setelah bertahun-tahun lamanya) baru saja berhasil kumiliki
sejak kita bersama-sama menikmati warna cuaca
menurutmu,
adakah alasan lain yang lebih terpercaya
tentang bagaimana kudapatkan cahaya di mataku
jika bukan karena kau adalah takdirku?
* I owe the picture from here.
mampu menghukumku dengan rindu sebegini tegas
sebegini gamang juga memilukan
meski begitu,
aku tak ingin kembali ke tempat di mana jarak ini bermula
aku sungguh rela tersesat di labirin rindu yang sedemikian rumit
sedemikian menyesatkan
tahukah kamu,
kamulah satu-satunya alasanku tetap bertahan di sini
padahal jalur pelangi siap mengantarku ke awan
ke langit-langit tinggi
aku khawatir,
jarak sejauh jalur pelangi akan merampas pelangi di mataku
yang (setelah bertahun-tahun lamanya) baru saja berhasil kumiliki
sejak kita bersama-sama menikmati warna cuaca
menurutmu,
adakah alasan lain yang lebih terpercaya
tentang bagaimana kudapatkan cahaya di mataku
jika bukan karena kau adalah takdirku?
* I owe the picture from here.
Friday, April 08, 2011
Rindu
Ah, bagaimana bisa begini rindu kamu?
Sedang di dekatmu aku teracuni rindu
Apalagi jauh berhari tak bertemu...
Tuesday, April 05, 2011
Sepotong Senja Palsu
I
aku rindu!
(2011)
IV
Merindukanmu kini adalah semacam kepalsuan:
karena cahayamu terperangkap
pada sebuah kap lampu--
di kamar yang tak menerima debu sebagai tamu;
karena tubuhmu terpancang kuat
di langit yang bukan biru,
bukan ungu!
(5 April 2011)
Ada sepotong senja di kamarku:
terang keemasan, tapi sayang ia palsu...
(25 Juni 2010)
II
(Masih) ada sepotong senja di kamarku
terang keemasan, tapi sayang ia palsu
dan mati beberapa bulan yang lalu...
Aku tak minta ia hidup lagi
sebab perlahan tapi pasti
bilangan jarak akan memisahkan kami...
(4 Sept 2010)
III
Sepotong senja palsu di kamarku (dulu)
yang mati berbulan-bulan yang lalu,
apa kabarmu?yang mati berbulan-bulan yang lalu,
aku rindu!
(2011)
IV
Merindukanmu kini adalah semacam kepalsuan:
karena cahayamu terperangkap
pada sebuah kap lampu--
di kamar yang tak menerima debu sebagai tamu;
karena tubuhmu terpancang kuat
di langit yang bukan biru,
bukan ungu!
(5 April 2011)
Perhatian
Perhatian adalah memberi makan ikan, kucing, atau binatang peliharaan lain tanpa berniat memakan atau menjualnya atau untuk kepentingan komersil lainnya.
Perhatian adalah menemani memandang senja di dermaga, meski tanpa saling bicara.
Perhatian adalah menyisakan makanan untuknya padahal kau masih lapar.
Perhatian adalah memetik bunga untuknya tak peduli kau dikejar-kejar anjing penjaga kebun bunga.
Perhatian adalah sinar matahari kepada bumi setelah hujan. Hangat.
Perhatian adalah mengetahui bahwa ia sedang menyebalkan tapi kau coba mengerti.
Perhatian adalah daun jatuh yang pasrah pada angin menjelang musim gugur.
Perhatian adalah sinar lampu tepi jalan saat langit mendung tanpa bintang.
Catatan:
Ditulis di sesi 10 minutes free-writing dengan tema mendefinisikan kata 'Perhatian' sebanyak-banyaknya.
Cek tulisan teman lain di sini: Cimot dan Ahmad.
Perhatian adalah menemani memandang senja di dermaga, meski tanpa saling bicara.
Perhatian adalah menyisakan makanan untuknya padahal kau masih lapar.
Perhatian adalah memetik bunga untuknya tak peduli kau dikejar-kejar anjing penjaga kebun bunga.
Perhatian adalah sinar matahari kepada bumi setelah hujan. Hangat.
Perhatian adalah mengetahui bahwa ia sedang menyebalkan tapi kau coba mengerti.
Perhatian adalah daun jatuh yang pasrah pada angin menjelang musim gugur.
Perhatian adalah sinar lampu tepi jalan saat langit mendung tanpa bintang.
Catatan:
Ditulis di sesi 10 minutes free-writing dengan tema mendefinisikan kata 'Perhatian' sebanyak-banyaknya.
Cek tulisan teman lain di sini: Cimot dan Ahmad.
Jumbled Colours
Jumbled colours:
I made the plain paper to be chaotic
but jumbled colours corrected it to be perfect.
Dont worry to make a mistake, Neni
since you can correct it with the colour you have... :)
Monday, April 04, 2011
Di Tepi Danau: Daun Gugur, Abu, dan Remah Bunga
Ia melempar daun-daun gugur
yang dipunguti di sepanjang tepian danau
beberapa daun terbang kembali ke tepian;
gagal mencium bening air,
mengukir riak kecil
Ia tiba-tiba teringat
abu di asbak ruang tamu yang belum dibersihkan,
buru-buru ia mencari-cari selembar foto tua
di sakunya
namun hanya menemukan remah bunga
yang ia petik dalam perjalanan ke tempat ini.
Remah bunga kian hancur di genggaman
dilempar jauh ke tenang danau,
diiringi secarik doa dalam hatinya:
agar abu di ruang tamu
diterbangkan angin dan hilang di udara,
hilang dari ruang-ruang pikirannya.
yang dipunguti di sepanjang tepian danau
beberapa daun terbang kembali ke tepian;
gagal mencium bening air,
mengukir riak kecil
Ia tiba-tiba teringat
abu di asbak ruang tamu yang belum dibersihkan,
buru-buru ia mencari-cari selembar foto tua
di sakunya
namun hanya menemukan remah bunga
yang ia petik dalam perjalanan ke tempat ini.
Remah bunga kian hancur di genggaman
dilempar jauh ke tenang danau,
diiringi secarik doa dalam hatinya:
agar abu di ruang tamu
diterbangkan angin dan hilang di udara,
hilang dari ruang-ruang pikirannya.
Catatan:
Tulisan ini ditulis di sesi 10 minutes free-writing yang digagas bersama teman-teman di kantor. Setiap hari kami akan menulis selama sepuluh menit saja, bahkan kurang, sebelum memulai aktifitas. Kadang menulis bebas sebebas-bebasnya tapi kadang ada tema.
Seperti hari ini, sebelum mulai menulis, masing-masing kami harus menuliskan satu kata benda, kata kerja, dan nama sebuah tempat di secarik kertas yang kemudian diundi. Kata yang terpilih sebagai kata-kata yang harus tercantum di tulisan hari ini adalah asbak, melempar, dan danau.
Sunday, April 03, 2011
(Jangan Bilang) Cemburu
kenapa bisa
ia punya hidup demikian sempurna:
segala punya,
semua bisa,
apapun juara
mau apa saja ada,
bahagia senantiasa;
sempurna!
sempurna!
(ah, jangan bilang aku sedang dikepung cemburu;
aku tak suka mendengarnya!)
ia punya hidup demikian sempurna:
segala punya,
semua bisa,
apapun juara
mau apa saja ada,
bahagia senantiasa;
sempurna!
sempurna!
(ah, jangan bilang aku sedang dikepung cemburu;
aku tak suka mendengarnya!)
Doa
Doaku beberapa hari ini:
ingin kamu yang sebelum hari itu,
aku yang sebelum hari itu...
bukankah kita
(sebelum hari itu)
berteman baik?
P.S:
Semoga doa ini tidak terdengar muluk:
di telingamu dan di telinga-Nya...
Amin.
*foto (lagi-lagi) minjem dari sini.
ingin kamu yang sebelum hari itu,
aku yang sebelum hari itu...
bukankah kita
(sebelum hari itu)
berteman baik?
P.S:
Semoga doa ini tidak terdengar muluk:
di telingamu dan di telinga-Nya...
Amin.
*foto (lagi-lagi) minjem dari sini.
Saturday, April 02, 2011
Sekeping Ingin
Aku ingin mengulang lagi rindu itu,
debar, cemburu itu
tapi diri sudah telanjur
lupa jalan setapak
menuju padang, dimana mengalir sebuah sungai
tempat kelopak-kelopak mawar
hanyut tanpa sekeping kabar!
*foto ini juga dapet minjem dari sini nih.
Tragis
Dia meminjam sayap lalat capung
untuk terbang hari itu
maka ia menjelma lalat capung;
ia lupa, lalat capung hanya berumur satu hari
lalu mati...
*foto pinjem dari sini nih...
untuk terbang hari itu
maka ia menjelma lalat capung;
ia lupa, lalat capung hanya berumur satu hari
lalu mati...
*foto pinjem dari sini nih...
Friday, April 01, 2011
Gadis Kecil dan Cahaya
Pada suatu pagi yang tak terik tak juga mendung, ada gadis kecil yang datang ke sebuah toko serba ada. "Aku ingin beli cahaya," ujarnya tegas pada penjaga toko. "Untuk kedua mataku," lanjutnya seolah mengerti kebingungan yang terpancar di mata penjaga toko.
"Tapi, matamu baik-baik saja, bukan?" tanya penjaga toko sambil memandangi gadis kecil, lalu membenarkan letak kacamatanya. "Matamu begini indah: bulat dan besar."
"Terimakasih, Bapak. Tapi, tidakkah kau lihat, tak ada cahaya di sana?"
"Siapa yang bilang begitu?"
"Aku sangat tahu hal ini. Aku menyadarinya sendiri--baru-baru ini--saat melihat foto-fotoku sendiri."
"Kita kadang bisa salah menilai diri, gadis kecil."
"Tidak, aku tahu pasti tentang hal ini. Aku bisa saja tersenyum atau tertawa, tapi mataku tidak."
"Tidak benar begitu," jawab penjaga toko, agak ragu. "Bagaimana awalnya kau bisa berpikir demikian?"
"Ah, ini susah dijelaskan. Apakah kau menjualnya, Bapak? Aku ingin membelinya."
"Sayang sekali, gadis kecil. Aku tidak menjual cahaya untuk mata. Toko-toko lain pun tidak.
Gadis kecil terdiam. Ia memandang kosong pada bayangannya sendiri di kacamata penjaga toko.
"Aku tak bermaksud membuatmu sedih. Tapi memang tak ada yang menjual cahaya mata."
"Lalu bagaimana caranya memiliki cahaya pada mata?"
Penjaga toko memandang iba gadis kecil, dan berkata: "Mungkin kau harus mencari dan mengusahakannya sendiri, dan bukan membelinya."
"Ke mana harus mencarinya?"
"Entahlah. Aku harap kau akan segera tahu dengan sendirinya. Mungkin cahaya itu akan kau temukan di suatu tempat, sebuah benda, atau juga pada seseorang."
"Lalu menurutmu, Bapak, jika cahaya mataku sudah kutemukan pada sebuah tempat atau benda atau pada seseorang; akankah mataku tetap bercahaya meski tempat atau benda atau seseorang itu menjadi tiada di kemudian hari?"
Penjaga toko terkejut mendengar pertanyaan ini. Ia hanya berkedip cepat. Matanya dan mata gadis kecil kini saling lekat menatap. Penjaga toko menggeleng pelan dan dengan menyesal ia berkata, "Ah, aku tak terlalu paham hal-hal seperti ini, gadis kecil... Maaf."
*foto dipinjam dari sini nih.
Note: ditulis di sesi 10 minutes free-writing hari ini.
"Tapi, matamu baik-baik saja, bukan?" tanya penjaga toko sambil memandangi gadis kecil, lalu membenarkan letak kacamatanya. "Matamu begini indah: bulat dan besar."
"Terimakasih, Bapak. Tapi, tidakkah kau lihat, tak ada cahaya di sana?"
"Siapa yang bilang begitu?"
"Aku sangat tahu hal ini. Aku menyadarinya sendiri--baru-baru ini--saat melihat foto-fotoku sendiri."
"Kita kadang bisa salah menilai diri, gadis kecil."
"Tidak, aku tahu pasti tentang hal ini. Aku bisa saja tersenyum atau tertawa, tapi mataku tidak."
"Tidak benar begitu," jawab penjaga toko, agak ragu. "Bagaimana awalnya kau bisa berpikir demikian?"
"Ah, ini susah dijelaskan. Apakah kau menjualnya, Bapak? Aku ingin membelinya."
"Sayang sekali, gadis kecil. Aku tidak menjual cahaya untuk mata. Toko-toko lain pun tidak.
Gadis kecil terdiam. Ia memandang kosong pada bayangannya sendiri di kacamata penjaga toko.
"Aku tak bermaksud membuatmu sedih. Tapi memang tak ada yang menjual cahaya mata."
"Lalu bagaimana caranya memiliki cahaya pada mata?"
Penjaga toko memandang iba gadis kecil, dan berkata: "Mungkin kau harus mencari dan mengusahakannya sendiri, dan bukan membelinya."
"Ke mana harus mencarinya?"
"Entahlah. Aku harap kau akan segera tahu dengan sendirinya. Mungkin cahaya itu akan kau temukan di suatu tempat, sebuah benda, atau juga pada seseorang."
"Lalu menurutmu, Bapak, jika cahaya mataku sudah kutemukan pada sebuah tempat atau benda atau pada seseorang; akankah mataku tetap bercahaya meski tempat atau benda atau seseorang itu menjadi tiada di kemudian hari?"
Penjaga toko terkejut mendengar pertanyaan ini. Ia hanya berkedip cepat. Matanya dan mata gadis kecil kini saling lekat menatap. Penjaga toko menggeleng pelan dan dengan menyesal ia berkata, "Ah, aku tak terlalu paham hal-hal seperti ini, gadis kecil... Maaf."
*foto dipinjam dari sini nih.
Note: ditulis di sesi 10 minutes free-writing hari ini.
Entah!
ini kamu, yang lelah pada entah! |
Pagi ini kudengar
matahari mengeluh:
lelah bersinar,
enggan berpijar;
aku lelah menghindar
engkau lelah pada entah!
*foto dipinjam dari blog ini.
Surat
Surat-surat ini belum pernah terkirim
tapi aku coba percaya:
suatu hari nanti mereka akan sampai padamu
pesannya akan dengan mudah kau pahami
Surat-surat ini mungkin takkan pernah terkirim
tersimpan rapi di sebuah peti
tertinggal di kamarku yang berdebu
atau ditumpuk di gudang belakang
Jangan sesali:
surat-surat ini--aku ingin percaya--
tahu kapan harus sampai pada yang dituju
atau tidak perlu sampai sama sekali...
*foto dipinjam dari sini nih.
Subscribe to:
Posts (Atom)