Wednesday, July 24, 2013

N-Ach #2: Perih di Ujung Jemari

Pernah kah kalian merasakan perih di ujung-ujung jari sebab menahan sedih sendirian? Rasa sedih karena kehilangan sesuatu yang sepertinya tidak bisa lagi diusahakan merupakan jenis sedih yang lumayan menyesakkan ya? Iya ga sih?

Belakangan saya merasakan perih itu—perih di ujung-ujung jemari, bukan lagi di hati. Perih dalam artian harfiah—perih sungguhan, bukan sebatas bahasa. Saya tidak tahu apakah ada saluran perih dari hati ke ujung jari atau semata itu hanya sensasi perasaan saja. Sejauh yang bisa saya ingat, baru kali ini saya merasa perih jenis ini. Kalau perih di hati, saya sudah melewatinya dan itu juga cukup menyiksa.

Ada rasa syukur saat saya bisa merasakan perih seperti itu. Karena saya percaya itu dapat berarti bahwa hati saja masih bekerja dengan baik. Hati saya masih bisa merasa. Mungkin hati saya ingin memberi tahu bahwa sudah waktunya saya menyerah, melepas keinginan, dan merelakan dengan lapang. Suatu proses yang tidak mudah.

Hanya aneh saja kok bisa saat sedih, rasa perih yang seharusnya di hati itu malah bertransformasi menjadi perih di ujung-ujung jemari? 

Semoga kalian tidak menganggap saya berlebihan karena mengungkapkan perasaan ini. Jika kalian pernah atau suatu hari nanti bisa merasakannya, kalian akan mengerti yang saya maksudkan.

Dan kalau perasaan seperti itu menghampiri kalian, bersikaplah berani: rasakan, terima, jangan ditahan atau dilawan. Kenali perasaan sendiri dan akui. Tidak ada salahnya merasa sedih. Toh sedih juga adalah bagian dari emosi kita yang juga butuh diakui. Hanya usahakan jangan biarkan berlarut. Temukan hal positif dari kesedihan yang bisa membantu melegakan perasaan. Meski saya sangat tahu hal ini tidaklah mudah. 

***

Sehubungan dengan merasakan emosi ini, kemarin saya menonton video self-help yang terkait dengan berani mengenali perasaan dan terhubung dengan emosi diri kita yang paling sejati. Rori Raye nama pembicaranya bilang bahwa kita harus berani mengakui emosi sendiri saat kita marah, sedih, terluka, senang, bersyukur dan perasaan lainnya. Rasakan apa yang bisa dirasakan.

Rasakan amarah tanpa mengungkapkannya pada orang yang membuat kita marah. Rasakan perasaan sedih dan kecewa tanpa berkeinginan untuk menghakimi penyebabnya. Jika ingin menangis, rasakan tanpa menunjuk orang lain untuk bertanggung jawab karena membuat kita menangis. Cukup merasakan dan mengakui bahwa perasaan itu ada. Dan ini langkah yang baik dari pada mengeluhkan perasaan tersebut. 

Ia juga mengajarkan bagaimana caranya terhubung dengan emosi terdalam kita. Kuncinya adalah dengan membayangkan gelombang laut, lantai dasar lautan, dan arus (flow). 

Langkahnya adalah sebagai berikut: bayangkan sebuah samudera. Salami hingga ke dasarnya. Berdiri di dasar samudera, rasakan gerakan air dan lihat ikan-ikan yang berenang. Bayangkan tubuh kita ada di sana merasakan arus atau gelombang lautan. Ikuti dan rasakan gerakan gelombang air laut yang tenag dengan menggerakkan tangan sesuai arus. Dan biarkan diri kita "terhubung" dengan perasaan terdalam yang tengah dirasakan. Akui dan terima perasaan tersebut. Setelah beberapa saat, ini akan membuat kita lebih rileks… Dan sungguh lega saat bisa rileks dan kembali pada kondisi yang positif.  

Pada akhirnya, Rori bilang bahwa entah bagaimana, energi dari dalam diri kita akan bekerja dengan cara yang tidak kita ketahui dan akan memberi efek menyembuhkan. Energi positif dari dalam diri akan juga mempengaruhi hal yang di luar diri kita. Saat kita lebih positif, kita akan mempunyai pandangan yang berbeda tentang dunia, tentang masalah kita. Orang lain pun akan bisa merasakan energi positif tersebut dan bereaksi dengan cara yang berbeda pada kita. 

Mungkin kalian berpikir hal ini buang-buang waktu dan tidak masuk akal. Merasakan emosi memang mungkin tidak secara langsung menyelesaikan masalah kita. Tapi saya percaya bahwa ada beberapa hal yang memang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan secara langsung atau pun dengan menggunakan logika. Saya percaya, teknik ini memiliki caranya sendiri untuk “mengoreksi” emosi dan menanggapi masalah penyebab emosi tadi. 

Cara ini memberi kita kesempatan untuk menyembuhkan diri sendiri!

Have a rocking Wednesday, everybody! Cheers….. :)



# Bandung, 24 Juli 2013

1 comments:

Anonymous said...

Masa sehhhh,,,!!!!

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...