Pagi ini aku melihat matahari terbit di atas lantai.
Matahari ini pun menyilaukan; mataku terpicing saat berusaha memandangi kilaunya.
Maka aku mengerti:
memandang matahari baik di langit atau di lantai tidaklah jauh berbeda,
jika tidak bisa dikatakan sama saja.
Pada keduanya, cahaya matahari tetap menyilaukan
dan tidak bisa dipandang dengan mata telanjang.
Karena langit dan lantai hanyalah media.
Mereka hanyalah bingkai
dimana matahari bisa menitipkan potret dirinya yang seutuhnya.
Sama halnya dengan Jerman dan Indonesia.
Mereka juga hanya media.
Mereka adalah dua tempat yang berjauhan
dan memiliki banyak perbedaan.
Meski begitu, aku bisa hidup di keduanya,
tanpa menjadi (sepenuhnya) berbeda!
Sunday, November 15, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)