Thursday, January 15, 2015

Diary Bumil #1

Tepat 5 bulan, 2 minggu, 5 hari usia kamu hari ini. (Eh, kamu gerak-gerak begitu tulisan ini dibuat, padahal dari tadi kamu tenang. Mudah-mudahan ini tanda senang dan bukan protes ya, Nak? Ini kali pertama kamu ditulis di blog ini.)

Pukul 5 tadi kita sudah bangun untuk sholat dan mengaji. Lalu ngelamun bentar sambil mandangin kaca, trus buka-buka buku catatan. Pukul 6 kita sudah menuju dapur, makan bubur kacang hijau dan minum susu cokelat. Kemudian kita mencuci. Saat menjemur pakaian di lantai atas, hey Nak, Mataharinya anget banget ya. Sehabis jemur cucian, kita nggak langsung turun. Kita nggak mau melewatkan Matahari hangat hari ini. Kita duduk di atas genting yang menaungi kamar. Lalu kita mengobrol.

Tentang hangatnya Matahari hari ini. Hangat Matahari yang mungkin luput dinikmati dan disyukuri oleh orang-orang yang sibuk menyiapkan diri untuk bekerja. Kita tidak bekerja jadi tidak kalang kabut dari pagi dan beruntung bisa menyerap semangat pagi yang ditebar Matahari pagi pukul 8. Kita yang tidak bekerja saja kadang lupa untuk mensyukurinya.

Tentang doa-doa dan harapan untuk kamu. Ada banyak, Nak. Sampai saya (*kami belum sepakat ingin dipanggil apa olehmu nanti, karena itu masih pakai 'saya') terpikir apa kamu mungkin terbebani oleh harapan dan doa-doa kami. Mudah-mudahan tidak ya, Nak. Karena tiap orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya. Sehat. Tumbuh kembang baik dan sempurna baik fisik dan mental (jiwa) di dalam sana. Shaleh. Berbakti pada orang tua. Penyenang hati orang tua. Cerdas (spiritual, intelektual, emosional, sosial, dll). Berakhlak baik. Santun laku dan tutur kata. Jujur lisannya dan terjaga. Dermawan. Berjiwa pemimpin. Jadi anak yang diridhoi Allah dan berezeki baik.

Masih banyak daftar doa untuk kamu, tapi ini yang sering, paling sering disebut.

Tentang keinginan saya untuk kembali menulis. Menulis puisi berbahasa inggris atau apa pun. Lalu mengirimnya ke writing prompts di website asing yang biasa dulu saya ikuti. Ini bermula saat kemarin saya kembali membuka email pengumuman kompetisi menulis dari sebuah website. Kali-kali aja bisa menang, terus jadi terkenal. Hahaha... kita tertawa saat membicarakan ini. Betapa pemimpi sekali ibumu ini. Tapi kemudian saya bilang bahwa semua bisa berawal dari mimpi. Bahwa kamu juga boleh bermimpi, kuncinya adalah mengerjakan segala sesuatunya dengan (melibatkan) hati. Karena katanya, Nak, apa pun yang datangnya dari hati akan sampai (nyentuh) hati lagi. Dan kalau kita sudah menyentuh hati orang, akan lebih banyak kemudahan dan kebaikan datang.

Tentang sinar Matahari yang baik untuk tulang kamu nanti. Karena ia membantu mengolah vitamin D yang sebagian kita dapat dari susu yang tadi kita minum.

Setelah cukup hangat, kita turun dan menyiapkan sarapan. Nyai puasa. Hubby (ayahmu) belum bisa pulang karena masih sibuk kerja, untuk kita katanya. Biar kamu terutama, Nak, tercukupi dengan baik segala kebutuhan dan tidak akan merasakan susah. Nah, jadi kita pun masak menu sederhana untuk kita berdua saja.

Selesai sarapan, Hubby menelpon. Ia berencana tidur pagi ini sebab semalaman bekerja. Semalam sebelum tidur, kami juga saling telepon dan membahas bakal nama kamu nanti dan beberapa hal lainnya. Dan seperti yang sudah-sudah, ayahmu selalu bilang untuk mencantumkan namanya di belakang namamu. Nggak masalah, nama belakang ayahmu kan cukup bagus dan nggak pasaran :D.

Dua hari yang lalu, kamu ingat nggak, kita ke toko buku dan buka-buka sejumlah buku nama bayi islami. Ada banyak sekali. Nanti kita lihat-lihat lagi ya dan pilih nama untuk kamu. Nama adalah juga doa katanya, jadi mesti milih dengan baik. Kita kemarin beli satu buku tipis tentang hypnobirthing--metode melahirkan tanpa rasa sakit. Hypnobirthing berkaitan erat dengan hypnosis yang secara ilmiah sudah terbukti. Metode ini menggunakan afirmasi positif (sugesti) untuk mempengaruhi alam bawah sadar untuk bekerja sesuai afirmasi.

Sejauh ini saya tidak terlalu mengkhawatirkan akan bagaimana nanti sakitnya saat melahirkan. Saya 'belum' terlalu ketakutan untuk hal ini. Mungkin karena belum dekat waktunya. Tapi, jelas saya sudah memikirkannya dan mengantisipasinya dengan membeli buku ini. Mudah-mudahan kita nanti bisa melewati persalinan normal dengan lebih lancar, sehat, aman, tidak terlalu menyakitkan dengan bantuan buku ini. Kita sudah melewati setengah perjalanan untuk bisa ketemu lho, Nak. Nggak kerasa ya?

Saya justru lebih takut akan mengalami baby blues--kabarnya fase yang biasa dialami ibu pasca melahirkan ini akan membuat mereka merasa sedih, cemas, sensitif, galau dan lainnya. Apalagi kemarin, seorang teman bilang bahwa tidak hanya itu; rasa sakit pasca melahirkan, kerepotan dan ketidaktahuan mengurus bayi tanpa pengalaman sebelumnya juga akan jadi tantangan tersendiri. Untuk ini, teman tersebut menyarankan untuk banyak baca buku parenting sejak sekarang. Dan sepertinya itu ide baik, sebab nanti mungkin tidak akan punya banyak waktu membaca seperti sekarang dan agar lebih siap.

Saya juga sempat terpikir bahwa entah kapan saya  bisa bekerja full time lagi, sebab harus mengurus kamu. Ada sedikit rasa gimana gitu. Bukan, bukan keberatan. Hanya gimana pun tetap ada keinginan punya kehidupan dan fungsi lain di luar rumah. Perihal ini, teman tersebut bilang bahwa saat punya bayi, ia justru lebih ingin tidak bekerja. Ia masih sering nangis saat berangkat kerja karena tidak tega meninggalkan bayinya. Hmmm... saya terharu mendengarnya; sampai sebegitunya ya ternyata.


***

Keinginan menulis puisi didahului dengan menulis diary ini. Nggak masalah. Saya justru merasa ada banyak hal terlewat yang belum sempat dituliskan perihal kehadiran kamu. Waktu 5 bulan bukan waktu yang sedikit. Tapi, mungkin kemarin-kemarin ada hal-hal yang harus dibenahi (yang menyita hati dan pikiran, misalnya) hingga tak tergerak untuk menulis setiap perkembangan kamu. Awal kehadiran kamu sudah ditandai dengan cobaan yang nggak mudah. Semoga hal itu nggak menggangu pertumbuhan kamu di dalam sana, justru menjadikan kamu anak yang kuat ya, Nak. Amiin.

Mungkin besok lusa, kita akan cerita tentang awal kehadiran kamu ya. Karena saya juga tak ingin melupa; karena tulisan adalah catatan sejarah diri; karena saya juga berharap kamu bisa membacanya suatu hari nanti, dan tahu bagaimana dan apa saja (meski sedikit) hal yang sudah kita bagi bersama sejauh ini.

Sehat terus ya, Nak.




2 comments:

Nia Janiar said...

Sehat terus buat bayi dan ibunya. Tentang baby blues, temen-temen saya yang udah nikah cerita tentang pentingnya peran dan dukungan suami agar istri enggak stres. Bahkan temen saya yang laki2, dia cerita kalo dia sampai ngemandiin istrinya, gantiin celana dalam, gantiin softex pasca melahirkan. Hehe.

Neni said...

Amiiin. Makasih doanya, Tante Nia. Waduuuuh, sampai segitunyaa yaa... Kemarin saya minta sama hubby, kalau baby blues menyerang, saya cuma minta dipeluk, dingertiin.

Dan mudah-mudahan hubby baca komen Nia ini hihiii..... :D

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...