Ialah gadis kecil berkerudung senja
matanya adalah sepasang lampu jalan
yang meletup-letup disambar salju tengah malam
entah hitam muda, entah hitam tua--aku lupa
senyumnya adalah bunga musim semi
cerah segar layaknya berkaleng-kaleng warna pagi
entah terpana, entah penuh tanya
lekat ia memandangku--aku tertular ceria
gigil angin menjelang musim dingin,
menyeretnya segera--
menghilang di ujung jalan:
belum usai kami menuntas penasaran
desing angin di sudut Kota Hamburg kala itu
berbisik padaku sebuah rahasia:
hari itu adalah pertama dan terakhir kami berjumpa
matanya adalah sepasang lampu jalan
yang meletup-letup disambar salju tengah malam
entah hitam muda, entah hitam tua--aku lupa
senyumnya adalah bunga musim semi
cerah segar layaknya berkaleng-kaleng warna pagi
entah terpana, entah penuh tanya
lekat ia memandangku--aku tertular ceria
gigil angin menjelang musim dingin,
menyeretnya segera--
menghilang di ujung jalan:
belum usai kami menuntas penasaran
desing angin di sudut Kota Hamburg kala itu
berbisik padaku sebuah rahasia:
hari itu adalah pertama dan terakhir kami berjumpa
2 comments:
Gue suka banget puisi ini, Nen. Manis. Teduh. Sekaligus lincah =)
Aawh, Dea. Maacih...:)
Post a Comment