Boothman, penulis buku How to Make People Like You in 90 Seconds or Less, bilang bahwa sebenarnya kita tidak jatuh cinta kepada seseorang, kita jatuh cinta pada perasaan yang kita temukan saat kita bersama seseorang tersebut. Nah!
Tulisan ini akan tidak membahas tentang perasaan antara seseorang dan seseorang yang lain. Maka ijinkan saya mengadaptasi kutipan Boothman tadi menjadi sebagai berikut: sebenarnya kita tidak jatuh cinta kepada sesuatu, kita jatuh cinta kepada perasaan yang kita temukan saat kita bersama sesuatu tersebut.
Sesuatu di sini adalah sebuah buku. Sewaktu mulai sibuk skripsi, saya mulai juga sibuk mengunjungi perpustakaan kampus. Selain ke bagian skripsi, saya lumayan sering menyusuri lorong di antara rak-rak buku besi di bagian referensi. Dalam usaha pencarian tersebut, saya menemukan sebuah buku panduan menulis. Bukan, bukan menulis skripsi, melainkan buku panduan menulis cerpen. Sejak hari itu, buku ini jadi salah satu sarana pelarian dari kejenuhan mengerjakan skripsi berikut membacai referensinya.
Buku tersebut berjudul Berguru Kepada Sastrawan Dunia, versi terjemahan karya Josip Novakovic. Kebetulan saya juga aktif seminggu sekali mengikuti klab menulis, dan buku ini jelas punya pengaruh besar dalam usaha saya menulis cerpen tentu saja; (lagi-lagi) bukan skripsi. Sampai saya lulus, saya terus memperpanjang durasi pinjam buku tersebut setiap dua minggu sekali selama kurang lebih setahun. Karena perpus hanya memberikan jatah 3 buku sekali pinjam, maka saya hanya bisa pinjam buku referensi skripsi sebanyak dua saja. Kalau pun ada 3 buku referensi yang menarik, saya tidak akan mengorbankan buku Novakovic tersebut. Ia menjadi semacam bacaan wajib bagi saya.
Saat mulai membaca buku tersebut, bahkan baru membaca pengantarnya saja--yang ditulis oleh Hilman "Lupus" dan saya lupa yang satu lagi siapa--saya sudah jatuh cinta. Begitu membaca lebih jauh, buku ini begitu menginspirasi saya dalam menulis cerpen. Novakovic banyak mengutip potongan tulisan dari sastrawan-sastrawan besar di dunia untuk mendukung teori yang sedang ia paparkan. Selain itu, di setiap akhir bab, ada sejumlah latihan yang bisa mengasah keterampilan atau pemahaman atas materi setiap bab, misal tentang setting, plot, karakter, atau pembuka dan penutup sebuah cerpen. Latihan-latihan tersebut kebanyakan berhasil memancing dan menggerakkan saya untuk menulis bebas. Menulis sampah pun tak masalah, yang penting saya bisa menuangkan sesuatu. Maklum, dulu saya sering sekali merasa gelisah (mungkin sekarang lebih dikenal dengan istilah 'galau') jika lama tidak menghasilkan sebuah tulisan, khususnya cerpen utuh. Buku ini jelas sebuah obat mujarab untuk kegelisahan tersebut. Tulisan-tulisan saya kala itu lebih variatif dalam hal ide cerita atau tema bahkan mungkin gaya penceritaan (dibandingkan dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya, jangan dibandingkan dengan tulisan penulis handal), dan saya menjadi lebih produktif dalam menulis cerpen.
Menjelang kelulusan, mau tak mau, saya harus mengembalikan buku tersebut. Sebab sudah telanjur sayang, saya lalu memutuskan untuk membelinya. Saya menanyakan buku tersebut setiap kali ke toko buku--baik toko buku besar atau kecil--di Bandung dan di Jakarta. Saya sudah bekerja di Jakarta waktu itu, tapi masih bolak-balik Bandung tiap weekend dengan alasan utama menghadiri klab nulis. Sayangnya buku ini buku langka, mungkin tidak dicetak lagi. Menurut saya ini aneh; buku sebagus ini kok tidak dicetak ulang? Akhirnya, untuk mengatasi kekecewaan, saya membeli buku-buku panduan menulis lain. Tapi, tidak ada yang bisa menandingi buku Novakovic ini: lengkap, kaya, menginspirasi, dan jelas 'memikat hati' saya. Membaca buku lain yang sejenis menjadi pengalaman biasa-biasa saja, membuat saya merasa bahwa buku lain tersebut bukan apa-apa.
the book I'm talking about |
Kenangan atas kesan yang saya rasakan saat membaca buku tersebut dan rasa penasaran untuk memilikinya tak juga hilang bahkan setelah bertahun-tahun. Maka sewaktu saya tinggal di Hamburg-Jerman, saya memesan buku tersebut secara khusus di Thalia Buchandlung (Toko Buku Thalia). Buku yang saya pesan tentu saja yang berbahasa Inggris--bahasa aslinya--dengan judul asli Fiction Writer's Workshop: The Key Elements of A Writing Workshop. Buku ini bisa dibilang buku termahal yang pernah saya beli. Saya senang sekali saat menjemput buku ini pada tanggal 4 Maret 2010 di Thalia. Saya sudah tidak sabar ingin merasakan lagi pengalaman dan perasaan termotivasi serta terinspirasi seperti yang saya rasakan saat membaca versi Bahasa Indonesianya, Berguru Kepada Sastrawan Dunia. Tapi, apa yang terjadi kemudian saudara-saudara? Ayo tebak. Ayo coba tebak. Pasti kalian tidak bisa menebaknya.
Saya mengantuk membaca versi aslinya ini. Boro-boro tersinspirasi!
Mereka memang buku yang sama, hanya dalam bahasa yang berbeda. Tapi kita tahu pasti, rasa setiap bahasa jelas berbeda-beda. Saya tidak akan menuliskan alasan-alasan atau kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin menyebabkan antiklimaks tersebut di atas. Saya hanya akan menutup tulisan ini dengan mengulang kutipan pembukanya: sebenarnya kita tidak jatuh cinta kepada sesuatu, kita jatuh cinta kepada perasaan yang kita temukan saat kita bersama sesuatu tersebut.
0 comments:
Post a Comment