Izinkan aku merekam sekeping kenangan manis itu, Ibu:
kau lukiskan pada telapak tanganku
seekor kupu-kupu kecil
yang bersayap lengkap
namun tak bisa mengepak
di luar, langit hampir selalu abu-abu
musim semakin dingin,
daun semua gugur,
namun hati kita musim semi
kupu-kupu kecil itu mati setelah tiga hari, Ibu
namun hangat ingatan tentangnya
masih menyengat hati hingga kini--
saat diri tak tahu lagi jalan kembali
ke hangat rumahmu yang ramai namun terasa sepi
sekarang aku mengerti, Ibu
kenapa di bawah naungan langitku kini
yang selalu biru dan bermatahari
aku gemar sekali melukis bunga-bunga kecil
di telapak-telapak tangan yang subur--
mungkin diri ini mengimpi
bunga kecil akan mengundang kupu-kupu kembali
*suatu hari, di dapur yang hangat.
kau lukiskan pada telapak tanganku
seekor kupu-kupu kecil
yang bersayap lengkap
namun tak bisa mengepak
di luar, langit hampir selalu abu-abu
musim semakin dingin,
daun semua gugur,
namun hati kita musim semi
kupu-kupu kecil itu mati setelah tiga hari, Ibu
namun hangat ingatan tentangnya
masih menyengat hati hingga kini--
saat diri tak tahu lagi jalan kembali
ke hangat rumahmu yang ramai namun terasa sepi
sekarang aku mengerti, Ibu
kenapa di bawah naungan langitku kini
yang selalu biru dan bermatahari
aku gemar sekali melukis bunga-bunga kecil
di telapak-telapak tangan yang subur--
mungkin diri ini mengimpi
bunga kecil akan mengundang kupu-kupu kembali
*suatu hari, di dapur yang hangat.
2 comments:
Gue suka, deh, Nen, puisi yang ini, manis banget =)
makasih, Dea... Selamat hari keseimbangan...:)
Post a Comment