Untuk kamu yang tidak boleh disebut namanya,
Mungkin karena kita ini sama-sama belum bisa berdamai dengan diri sendiri, dengan masa lalu yang membentuk kita hari ini. Maka kita sering perang!
Perang. Damai. Perang lagi. Damai lagi. Baik dengan diri sendiri maupun satu sama lain. Terus begitu, hingga akhirnya pola ini akan menemukan ujungnya sendiri untuk berhenti atau berakhir pada sebuah titik.
Titik dimana masing-masing kita sudah terlalu lelah untuk maju ke medan perang yang sama--berulang-ulang. Dan juga sudah terlalu letih untuk memimpikan damai, yang biasanya hanya bertahan sekian hari.
Tidak perang, tidak juga damai. Tapi diam.
Mungkin ini lebih aman, lebih baik bagi saya.
Dan mungkin juga bagi kamu, yang tidak boleh disebut namanya.
Mungkin karena kita ini sama-sama belum bisa berdamai dengan diri sendiri, dengan masa lalu yang membentuk kita hari ini. Maka kita sering perang!
Perang. Damai. Perang lagi. Damai lagi. Baik dengan diri sendiri maupun satu sama lain. Terus begitu, hingga akhirnya pola ini akan menemukan ujungnya sendiri untuk berhenti atau berakhir pada sebuah titik.
Titik dimana masing-masing kita sudah terlalu lelah untuk maju ke medan perang yang sama--berulang-ulang. Dan juga sudah terlalu letih untuk memimpikan damai, yang biasanya hanya bertahan sekian hari.
Tidak perang, tidak juga damai. Tapi diam.
Mungkin ini lebih aman, lebih baik bagi saya.
Dan mungkin juga bagi kamu, yang tidak boleh disebut namanya.