Entah karena apa, tiba-tiba aku teringat keripik setan saat aku mengingatmu pagi ini. Dan aku jadi membanding-bandingkan dirimu dengan keripik setan terbuas yang pernah kumakan seminggu lalu, yang membuatku sakit perut seharian.
Aku sempat menyesal telah membeli keripik tersebut; yang warna merahnya begitu menggoda, begitu hebat menerbitkan liurku. Tapi kupikir-pikir, jikapun aku tidak membelinya minggu lalu, aku pasti membelinya minggu ini, atau minggu depan, atau bulan depan. Karena aku sudah telanjur tergoda dan tergiur oleh warna merahnya, wangi pedasnya yang samar-samar menyelinap ke hidungku, dan lain sebagainya.
Yah, paling tidak aku tidak penasaran, meskipun aku harus membayar cukup mahal untuk menebus rasa penasaran itu (menahan sakit seharian penuh). Paling tidak aku pernah mencoba, meski untuk itu aku harus memupuk keberanian ekstra tinggi, karena aku tak pernah suka pedas!
* Sabtu, 28 Feb '09. @ RL Writer's Circle. (Metafora).
Aku sempat menyesal telah membeli keripik tersebut; yang warna merahnya begitu menggoda, begitu hebat menerbitkan liurku. Tapi kupikir-pikir, jikapun aku tidak membelinya minggu lalu, aku pasti membelinya minggu ini, atau minggu depan, atau bulan depan. Karena aku sudah telanjur tergoda dan tergiur oleh warna merahnya, wangi pedasnya yang samar-samar menyelinap ke hidungku, dan lain sebagainya.
Yah, paling tidak aku tidak penasaran, meskipun aku harus membayar cukup mahal untuk menebus rasa penasaran itu (menahan sakit seharian penuh). Paling tidak aku pernah mencoba, meski untuk itu aku harus memupuk keberanian ekstra tinggi, karena aku tak pernah suka pedas!
* Sabtu, 28 Feb '09. @ RL Writer's Circle. (Metafora).
2 comments:
Keripik setan? Membaca namanya saja sudah bikin sakit perut, Neni. Hahaha.
Tapi enak lho mbak, asal dimakan pelan2 dan ga kebanyakan...=D
Post a Comment